Kamis, 10 Mei 2012

macam macam dzikir


Muroqobah 
Secara harfiah berarti awas-mengawasi. Dalam istilah Tasawuf menurut al-Qusairy, Muroqobah ialah: “keadaan seseorang meyakini sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-gerik kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui Allah.”

Dalam kitab Risalah Qusyairiyyah Imam Qusyairy, ber kata, “Muroqobah ialah, bahwa hamba tahu sepenuhnya bahwa Tuhan selalu melihatnya.”.

Dalam bagian lain pada kitab risalah Qusairiyyah, “barangsiapa yang Muroqobah dengan Allah dalam hatinya maka akan memeliharanya dari berbuat dosa pada anggota tubuhnya.” Kalimat ini mengandung maksud bahwa orang yang selalu ber Muroqobah kepada Allah, pasti ia tidak mengerjakan dosa lagi, karena Allah telah menjauhkannya dari perbuatan dosa. Berbeda dengan orang munafik, ia takut diawasi orang lain, jadi kalau tidak dilihat orang maka ia berani berbuat dosa.

Seorang ahli Tasawuf Nasrabazdy berkata, dalam kitab risalah Qusayriyyah, “Adapun Harapan baik itu, adalah menggerakkan kamu supaya berbuat amal sholeh, Khauf (takut) dan menjauhkan kamu dari maksiat. Adapun Muroqobah, adalah membawa kamu ke jalan yang benar.” Nasrabazdy bermaksud bahwa Muroqobah akan menuntun kita ke jalan yang benar dan menjauhkan dari dosa karena selalu merasa diawasi Allah. 
Tingkatan Muroqobah:
1. Muroqobatul Qalbi, kalbunya selalu waspada dan selalu diperingatkan agar tidak keluar dari kebersamaannya dengan Allah. 
2. Muroqobatul Ruhi, Kewaspadaan dan peringatan terhadap Ruh, agar selalu dalam pengawasan dan pengintaian Allah 
3. Muroqobatus Sirri, kewaspadaan dan peringatan terhadap Sir agar selalu meningkatkan amal ibadahnya dan memperbaiki perilakunya.

Seorang Ahli Tasawuf berkata: “Bahwa sesungguhnya, jauhnya seorang hamba dari Tuhannya, hanya karena buruknya adab tingkah lakunya.”

Dalam hadist sebuah Qudsi Allah berfirman: “Hai hambaku, jadikanlah Aku tempat perhatianmu, niscaya Aku penuhi pula perhatianmu itu. Dimana Aku ada karena kemauanmu, maka engkau itu berada di tempat jauh dari Ku. Dimana kamu berada karena kehendakKu (Allah) maka engkau itu berada di dekat Aku. Maka pilihlah mana yang lebih baik pada dirimu,
 
 Hakikat Nur Muhammad 
( sumber: Buku Rahasia Makrifat Nabi Khidir as, penulis: M. Ali ) 
Meskipun istilah Al Insanul Kamil (manusia sempurna / manusia universal) yang digunakan oleh para Sufi untuk menyebut tingkatan ini, secara tak terbatas melebihi sifat manusia ( terutama secara simbolik untuk menunjukkan kesempurnaan) yang di dalam pola itulah dia diciptakan. 
Lebih jauh lagi Ibn ‘Arabi mengemukakan teori tentang “manusia sempurna” (al Insanul Kamil) atau Hakikat Muhammad (al-Haqiqah al- Muhammadiyah), manusia sempurna adalah alam seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansinya dalam alam seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini bersifat wujud serta kepada Nya itu Dia mengemukakan rahasia Nya. 
Maka kemunculan manusia sempurna, menurut Ibn ‘Arabi adalah esensi kecemerlangan cermin alam. Ibn ‘Arabi membedakan manusia sempurna menjadi dua.Pertama, manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia baru. Kedua, manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia abadi. 
Karena itu, dalam deskripsi Ibn ‘Arabi, manusia sempurna adalah : Manusia baru yang abadi yang muncul, bertahan, dan abadi.Bagi Ibn ‘Arabi, tegaknya alam justru oleh manusia sempurna dan alam ini akan tetap terpelihara selama manusia sempurna masih ada . 
Di sini jelas bahwa ia tetap terpengaruh oleh ide Al-Hallaj tentang terdahulunya Nur Muhammad, karena tidak seorang pun yang telah memperbincangkan ide ini sebelum Al-Hallaj. Juga terlihat bahwa Ibn ‘Arabi telah terpengaruh oleh ide Neo Platonisme dan berbagai sumber filsafat lain yang di telaahnya.
Pendapat Ibn ‘Arabi tentang manusia sempurna atau hakikat Muhammad membuatnya sampai pandangan tentang kesatuan agama-agama. Sebab menurutnya, sumber agama-agama itu satu, yaitu hakikat Muhammad. Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal dan semuanya itu kepunyaan Allah. Dan seorang yang benar-benar arif adalah seorang yang menyembah Allah dengan setiap bidang kehidupannya. 
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa ibadah yang benar adalah hendaknya seorang hamba memandang semua apapun sebagai ruang lingkup realitas Dzat yang tunggal yaitu Allah. Wallahu a’lam..
 
Ajaran Tasawuf 
Mahabbah
kecenderungan kepada Allah secara paripurna, mengutamakan urusan-Nya atas diri sendiri, jiwa dan hartanya, sepakat kepada-Nya lahir dan batin, dengan menyadari kekurangan diri sendiri (Syaikh alMuhasibiy). Rabi’ah berkata: “Orang yang mahabbah kepada Allah itu tidak habis rintihan kepada-Nya sampai ia dipanggil ke sisiNya.
Syauq
yaitu kerinduan hati untuk selalu terhubung dengan Allah dan senang bertemu dan berdekatan denganNya ( Abu Abdullah bin Khafif ). Sebagian Ulama’ berkata: ” Orang-orang yang Syauq merasakan manisnya kematian setelah dialami, sebab terbuka tabir yang memisahkan antara dirinya dengan Allah.
Unsu
tertariknya jiwa kepada yang dicintai ( Allah ) untuk selalu berada di dekatNya. ( Abu Sa’id al Karraz). Syeh Malik bin Dinar mengatakan, “Barangsiapa tidak unsu dengan muhadatsah kepada Allah, maka sedikitlah ilmunya, buta hatinya dan sia-sia umurnya.
Qurbun : 
dekat hatinya seseorang dengan Allah Ta’ala, sehingga dalam melakukan segala hal merasa selalu dilihat olehNya. Syeh Abu Muhammad Sahl mengatakan, “Tingkat paling rendah dalam tingkatan Qurb adalah rasa malu melakukan maksiat”
Haya’: 
Rasa malu dan rendah diri, demi mengagungkan Allah (Syaikh Syihabuddin), Syaikh dzun Nun alMisri mengatakan, “Mahabbah membikin orang berucap, Haya’ membikin diam, dan Khauf membikin gentar”.
Sakar: 
Gejolak mabuknya hati sewaktu disebut Allah (Syaikh Abu Abdullah)Ajaran Tasawuf Wushul: terbukanya tabir hati dan menyaksikannya pada hal-hal yang diluar alam ini (alam dhohir) (Syaikh Abu Husein anNuriy)Ajaran Tasawuf 
Qona’ah: 
menerima cukup dengan yang ada tanpa keinginan berusaha memperoleh yang belum ada (Syaikh Abu Abdullah).
 
Pancaran Nur Ilahi seorang Wali
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghozali menegaskan, “Bahwa siapa-siapa yang membantah/mengingkari tentang adanya manusia tingkat Wali maka ia juga mengingkari adanya manusia tingkatan Nabi”. 
Imam Ghozali bermaksud untuk menjelaskan bahwa Wali adalah benar-benar ada, dan kita harus mempercayainya, seperti kita juga percaya tentang adanya nabi Allah.
Lebih jauh Imam Ghozali ber kata, “Bahwa waliyullah itu mempunyai kekuatan batin/jiwa yang sangat kuat sekali berhubung karena suci bersihnya qolbu mereka. Qolbu mereka itu bagaikan cermin yang sangat bersih, bersih dari segala kotoran maksiat dan bersih dari sifat-sifat yang buruk, sehingga dengan mudah menangkap atau menerima segala yang bersifat suci dari pancaran Nur Ilahi.”
Kekuatan qolbu dari seorang wali adalah sangat berbeda dari orang awam, hal ini terjadi karena qolbu seorang wali adalah bersih dari segala dosa dan telah menerima pancaran Nur Ilahi secara langsung dan tidak terhalang lagi oleh hijab (karena hijab atau tabirnya sudah terbuka ). 
 Sehingga wali memiliki ilmu Laduni (Ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah, melalui cara yang sangat rahasia, meskipun tidak pernah mempelajari secara dhohiriah tapi mahir menguasainya)Ruh yang berdzikir{Walijo dot Com} Ketika kita berdzikir dengan posisi duduk menghadap qiblat dan jangan bergerak. 
Qolbu juga kita suarakan (dzikir Kolbu) Allah… Allah… Allah… terus sampai badan kita tak merasakan apa-apa. Qolbu terus bersuara….. masukkan lagi ke kedalaman yang paling dalam, lalu suarakan lagi dzikrullah ke kedalaman yang paling dalam itu, bersuara Allah… Allah… Allah… Setelah itu dengarkan dengan qolbu-mu, samakan dengan suara qolbumu. Sampai muncul adanya getaran. Dan rasakan getaran, kehidupan Ruh terasa hidup dan makin hidup, hidup yang lebih hidupi dengan hidupnya Ruh yang sedang berdzikir. Dan kita bisa katakan ; Hidup Dalam Ruh yang Sedang Berdzikir. Dan kita bisa lebih mengenal Ruh kita dengan dzikrullah.sabda Rosullulah Muhamad Saw;
لِكُلِّ شَىْءٍ صَقَالَةٌ وَصَقَالَةُ الْقَلْبِ ذِكْرُاللهِ
  “Bahwasanya bagi tiap sesuatu ada alat untuk mensucikan dan alat untuk mensucikan Qolbu itu ialah Dzikrullah.” 
Pintu awal memasuki alam Ruh adalah lewat qolbu, kalau qolbu sudah dibersihkan dengan dzikir qolbu, maka lambat laun Ruh ikut menyuarakan dzikir. Dalam fase ini prosesnya melalui ritual-ritual Khusus. 
Dengan mengkhususkan diri dalam menjalankan ritual, maka kebersihan qolbu akan nampak dari kebeningan dalam pemikiran, karena qolbu selalu mengumandangkan dzikir, sedangkan Ruh, dalam kondisi kesuciannya, ikut melantunkan dzikir. Dzikirnya Ruh mampu merontokkan hijab jiwa yang sekian lama membelenggunya yang sulit dipisahkan.
Dalam surat As-Syam ayat 9 dan 10, Allah swt berfirman:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكَّهاَ ( 9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا (10)
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori jiwanya. Selalu Berdzikir kepada Allah swt akan senantiasa menguatkan iman dan taqwa seseorang, sekaligus membersihkan qolbu serta Ruh. Dalam perjalanan hidupnya, yang dipikirkan hanya pendekatan diri kepada Allah swt. Ilham-ilham pun sering didapatkan, menerima ilham lewat qolbu dan Ruh sebagaimana firman Allah swt. 
Dalam surat As-Syam ayat 8:“

فَاَلْهَمَهَافُجُوْرَهَاوَتَقْوَهَا (الشَّمْس 8)
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan (jalan) ketaqwaannya”(As-Syam ayat 8).
 
UJIAN ( COBAAN )
Jadi Allah swt juga masih menguji dan memberi cobaan kepada orang yang taqwa, cobaan itu berupa: kejelekan serta kehinaan. Apakah dia Oleng, goyahkah taqwanya? Atau tambah kokoh taqwanya? Sesungguhnya orang-orang yang taqwa, dia mampu mengantisipasi dan menangkal dengan kesabaran dan ketabahan hati. 
Dia tetap tegar dalam menghadapi segala cobaan yang menimpanya dan senantiasa mengokohkan posisi dalam kesuciannya yang tidak akan dicemari oleh siapapun. Karena Ruh tetap suci. 
Jadi yang bisa dikotori itu adalah jiwa bagian luar, itu-pun hanya limbasan dari kotornya qolbu yang dililit pengaruh dari hawa nafsu serta keinginan yang menyesatkan.( Ruh yang berdzikir) Wallahu a’lam
 
Dzikir Kolbu menuju Dzikir Abadi  
Orang-orang Islam yang selalu melanggengkan bershalawat Kepada Nabi dan berdzikir kepada Allah swt, niscaya mereka bertambah dekat kepada Allah dan Rasulullah-Nya, seperti sabda Rosullullah:
“Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang palig banyak membaca shalawat untukku.”

Dan Rasulullah saw memperingatkan bilamana mereka tidak berdzikir dan bershalawat di dalam kehidupannya, bahkan melalaikan sholawat dan berdzikir, mereka akan merugi di hari kiamat, sebagaimana sabda beliau Nabi Muhammad saw:
 
“Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat dimana mereka tidak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat kepada nabi saw. kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”

Adapun Dzikir Kolbu yang langgeng, yaitu dzikirnya para malaikat yang selalu patuh kepada Allah swt. Dan selalu taat melaksanakan tugasnya masing-masing.

Sedangkan manusia harus melalui latihan-latihan dalam melaksanakan Dzikir Kolbu kepada Allah. Di saat latihan-latihan ber Dzikir Kolbu tentulah mengalami berbagai rintangan dan hambatan tetapi harus dan tetap tabah, karena rintangan dan hambatan itu sebagai cambuk semangat dalam melaksanakan Dzikir Kolbu kepada Allah, dalam firman Allah dijelaskan disurat Al-A’raf ayat 205-206:

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
 
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu) tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud.

Dzikir Kolbu diawali dari dzikir lisan atau dzikir nafas, bila hatinya tergetar, sekecil apapun getaran di hati / kalbu lalu dikembangkan ke seluruh anggota tubuh. Dan dilanjutkan gerakan kalbu untuk ber Dzikir Kolbu, suarakan kalbumu untuk mengatakan; Allah, Allah, Allah…

Proses itu membutuhkan waktu, mungkin hanya satu hari atau dua hari, mungkin juga bisa berbulan-bulan, sampai Anda mengalami pengalaman spiritual dalam dzikir posisi yang di alam sana: memasuki tempat yang maha luas tak terlindungi oleh naungan apapun, tempat itu terbuka amat luasnya terisi oleh para jamaah, yang sedang berdzikir, tempat ini “ladang para jamaah” nya orang-orang yang sedang berdzikir.

Kalau sudah memasuki alam itu berarti kita sudah terpaling ke tempat jamaahNya dimana di dalam al Qur’an ditegaskan disurat 

Al-Fajr ayat 27-30:
27. hai jiwa yang tenang.
28. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas (ridlo) lagi diridhaiNya.
30. maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu.
30. dan masuklah ke dalam surgaKu.

Alangkah bahagianya kalau kita sudah terpanggil, sepatutnya kita dapat terpanggil seperti yang maksud dari ayat tersebut diatas diterangkan

Dzikir Dalam upaya mendekatan diri kepada Allah, Selain melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan , sebaiknya kita juga melaksanakan ibadah-ibadah lain yang sunnah.. Diantaranya adalah ibadah sholat sunnah, memperbanyak sodaqoh maupun memperbanyak dzikir kepada Allah swt.

Pada kesempatan ini kita akan bahas tentang dzikir. Secara harfiah Dzikir berati ingat, tentu saja ingat kepada Allah swt. Tujuan kita beribadah adalah untuk mengingat kepada Allah.
 
Karena sesungguhnya dzikir itu diperintahkan oleh Allah untuk mengingat Dia ditiap ruang dan waktu. Ketika malam atau siang, ketika kaya atau miskin, di waktu sehat atau sakit. Singkatnya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, tidak dibatasi uzur apapun. {Walijo dot Com}

Dzikir merupakan upaya untuk mensucikan hati kita, dari kotoran-kotoran hati yang dengan sengaja atau tidak telah kita menjadi hijab bagi kolbu
Adab berdzikir secara lisan

Allah swt adalah Maha Mendengar, jadi ketika kita berdzikir lebih baik dengan suara yang pelan saja. Tapi dengan sungguh-sungguh.

Ketika melaksanakan Dzikir dianjurkan dalam keadaan suci dari hadas besar maupun kecil. Serta suci dari najis.

Mengenai jumlah hitungan dalam berdzikir kepada Allah swt,

Memang Tidak ada salahnya kita menghitung-hitung jumlahnya, sudah berapa banyak kita berdzikir kepada Allah, tapi rasanya kok kurang pas. Alangkah baiknya jika kita tidak disibukkan dalam menghitung-hitung jumlah dzikir, tapi lebih sibuk dalam proses berdzikir.

Janganlah terpaku pada hitungan tapi perbanyaklah sebanyak-banyaknya,. Berdzikir setiap saat, dimana saja, kapan saja.

 
Cara berdzikir lisan dengan bacaan Istighfar.

Bila sudah terbebas dari hadas dan najis, kita mulai berdzikir, membaca istighfar dengan pelan-pelan, jika biasa menggunakan tasbih silakan aja, tapi disarankan untuk tidak perlu menghitung jumlahnya, karena dapat mengurangi nilai keikhlasan kita dalamberdzikir.







Proses Dzikir
Dalam upaya mendekatan diri kepada Allah, Selain melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan , sebaiknya kita juga melaksanakan ibadah-ibadah lain yang sunnah.. Diantaranya adalah ibadah sholat sunnah, memperbanyak sodaqoh maupun memperbanyak dzikir kepada Allah swt.

Pada kesempatan ini kita akan bahas tentang dzikir. Secara harfiah Dzikir berati ingat, tentu saja ingat kepada Allah swt. Tujuan kita beribadah adalah untuk mengingat kepada Allah.
Karena sesungguhnya dzikir itu diperintahkan oleh Allah untuk mengingat Dia ditiap ruang dan waktu. Ketika malam atau siang, ketika kaya atau miskin, di waktu sehat atau sakit. Singkatnya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, tidak dibatasi uzur apapun. 


Dzikir merupakan upaya untuk mensucikan hati kita, dari kotoran-kotoran hati yang dengan sengaja atau tidak telah kita menjadi hijab bagi kolbu

* Dzikir Lisan: 

Dzikir ini diucapkan dengan lisan, ada yang melaksanakannya dengan suara keras tapi ada yang lebih suka dengan pelan-pelan.
 

* Dzikir Nafas: 

Dalam melaksanakan dzikir ini pengucapan bacaannya seiring dengan irama keluar-masuknya udara dalam kita bernafas.
 

* Dzikir posisi: 

Melaksanakan dzikir dalam posisi tertentu, tidak bergerak sedikitpun, dalam jangka waktu tertentu pula.
 

* Dzikir qolbu atau hati: 

Dalam dzikir qolbu bacaannya dibaca dalam hati
 

* Dzikir Sirri atau rahasia: 

Proses dzikir yang satu ini adalah sangat rahasia ketika dzikir ini dilaksanakan hanya pedzikir dan yang dituju (Allah) saja yang tahu. Makhluk lain tidak ada yang bisa mengetahuinya bahkan malaikatpun tidak tahu.

Dalam melaksanakan dzikir-dzikir tersebut haruslah dibimbing oleh Pembimbing yang telah mumpuni ( Mursyid, Guru, atau istilah lain yang banyak sekali).
 



Macam-macam Dzikir
Dalam menjalani Jalan yang Suci ini, kedudukan dzikir Kolbu adalah sangat strategis karena pada tahap inilah kolbu benar-benar dilatih dan dipersiapkan untuk menerima Pancaran Nur Ilahi. Dan tentu saja untuk dipantulkan kembali, atas ijin Allah Ta’ala. Di awali dengan dzikir lisan, dzikir nafas, baru kemudian kita memasuki dzikir Kolbu. Ambil posisi yang nyaman, duduk atau tiduran juga boleh, diusahakan dalam melaksanakan nya untuk tidak bergerak sama sekali.

Kita dzikir lisan, kemudian Dzikir Nafas, perlahan-lahan bacaan nya kita ucapkan dalam hati seiring dengan irama nafas kita, jangan dipercepat ataupun diperlambat. Tidak ada batasan jumlah atau waktunya. Sampai Kolbu merasakan sesuatu yang sangat berbeda.

Latihan ini dilakukan berulang-ulang selama kurun waktu tertentu dan harus dengan panduan seorang Guru atau Mursyid atau Pembimbing. Jika ada yang menyimpang atau tidak sesuai dengan arah tujuan dapat dengan segera diluruskan nya. Ingat satu hal Jika ada suara-suara yang mengaku sebagai si A atau nabi atau wali A, JANGAN PERCAYA karena itu pasti suara dari Iblis. 



Maka dari itu kita harus didampingi seorang Pembimbing yang Benar.Dzikir Nafas Maksudnya adalah Dzikir yang beriringan dengan irama nafas, melaksanan dzikir ketika menghirup dan menghembuskan nafas tanpa melambatkan atau mempercepat irama nafas, jika hal ini dilanggar akibatnya sangat berbahaya bagi tubuh.

Sebelum melaksanakan Dzikir Nafas harus benar-benar menguasai Dzikir Lisan, jika Anda belum membaca Dzikir Lisan sebaiknya Anda Membacaya dahulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini untuk menghindari salah tafsir atau salah dalam memahami. Dzikir Lisan

Dalam melaksanakan Dzikir Nafas haruslah didampingi oleh seorang Pembimbing, karena jika ada kesalahan sedikit saja dapat langsung di konsultasikan agar tidak menjadi fatal, lebih bagusnya secara tatap muka. Banyak sekali orang yang tergelincir pada tahap ini gara-gara ia terlalu yakin akan kemampuan dirinya.
Bacaan yang didzikirkan sangatlah beragam tergantung dari tingkatan Salik yang bersangkutan. Jika belum tahu tentang bacaannya cobalah bertanya kepada Guru/ Pembimbing/Mursyid atau apalah Anda memanggilnya.

Pada tahap awal, dalam melaksanakan Dzikir Nafas, sebaiknya dalam kondisi tubuh yang tenang, misalnya duduk, atau tiduran, supaya konsentrasi Anda tidak terganggu. Setelah terbiasa melaksanakannya, silakan saja berdzikir sambil beraktifitas melakukan kegiatan lain. misalnya berkendara atau bekerja.

Ketika Kita menghirup Udara bersamaan dengan itu kita berdzikir kepada Allah, Oksigen yang kita hirup diserap oleh paru-paru dan diikat oleh sel darah merah untuk dibawa ke jantung dari jantung di alirkan ke seluruh tubuh, maka darah dan seluruh anggota tubuhpun ikut berdzikir kepada Allah Ta a’ala


Jika menanyakan berapa pahala yang diperoleh ? sebagai perbandingan adalah biasanya yang berdzikir secara lisan adalah satu anggota tubuh, sedangkan ini adalah seluruh Anggota tubuh ikut berdzikir kepada Allah, silakan hitung …

Sebenarnya tidaklah Etis mempersoalkan pahala. Di beri pahala atau tidak kita seharusnya tetap beribadah kepada Allah …





Dzikir Lisan

Dzikir yang dilakukan oleh lisan, diucapkan oleh mulut, yang di suarakan baik dengan suara yang nyaring ataupun pelan.

Biasanya, yang di dzikir kan berupa bacaan yang intinya permintaan maaf kepada Sang Khalik, dengan harapan untuk mendapatkan Ampunan dari Allah. Ada juga bacaan yang berupa pujian, mengagungkan asma Allah. Diantaranya: Istighfar, subhanallah, Tasbih, Tahlil, tahmid dll.

Pada tahap yang paling awal sebaiknya memperbanyak Istighfar yang dilaksanakan secara Dzikir lisan, dengan harapan Allah berkenan mensucikan diri kita dari dosa-dosa yang dilakukan oleh tubuh atau raga.

Sebab jika kita sejenak merenungkan diri akan apa yang telah kita perbuat selama ini sejak tubuh ini dilahirkan sudah berapa banyak dosa yang telah kita perbuat, baik kita menyadarinya atau tidak. Maka membaca Istighfar secara Dzikir Lisan sangat penting artinya, ini adalah tumpuan awal melangkah untuk menempuh Jalan yang suci ini.
 
DZIKIR QOLBU
Setelah kita membahas Proses Berdzikir, Dzikir Lisan, Dzikir Nafas Selanjutnya kita akan membahas tentang Dzikir Kolbu. 
Pada tahap ini yang berdzikir adalah hati, atau kolbu. Supaya kolbu lebih “hidup” dalam arti dapat merasakan Kehadiran Illah, Robb.Dalam menjalani Jalan yang Suci ini, kedudukan dzikir Kolbu adalah sangat strategis karena pada tahap inilah kolbu benar-benar dilatih dan dipersiapkan untuk menerima Pancaran Nur Ilahi. 
Dan tentu saja untuk dipantulkan kembali, atas ijin Allah Ta’ala. Di awali dengan dzikir lisan, dzikir nafas, baru kemudian kita memasuki dzikir Kolbu. Ambil posisi yang nyaman, duduk atau tiduran juga boleh, diusahakan dalam melaksanakan nya untuk tidak bergerak sama sekali.
Kita dzikir lisan, kemudian Dzikir Nafas, perlahan-lahan bacaan nya kita ucapkan dalam hati seiring dengan irama nafas kita, jangan dipercepat ataupun diperlambat. Tidak ada batasan jumlah atau waktunya. Sampai Kolbu merasakan sesuatu yang sangat berbeda.
Latihan ini dilakukan berulang-ulang selama kurun waktu tertentu dan harus dengan panduan seorang Guru atau Mursyid atau Pembimbing. Jika ada yang menyimpang atau tidak sesuai dengan arah tujuan dapat dengan segera diluruskan nya. 
Ingat satu hal Jika ada suara-suara yang mengaku sebagai si A atau nabi atau wali A, JANGAN PERCAYA karena itu pasti suara dari Iblis. Maka dari itu kita harus didampingi seorang Pembimbing yang Benar.
 
Dzikir Nafas 
Maksudnya adalah Dzikir yang beriringan dengan irama nafas, melaksanan dzikir ketika menghirup dan menghembuskan nafas tanpa melambatkan atau mempercepat irama nafas, jika hal ini dilanggar akibatnya sangat berbahaya bagi tubuh.Sebelum melaksanakan Dzikir Nafas harus benar-benar menguasai Dzikir Lisan, jika Anda belum membaca Dzikir Lisan sebaiknya Anda Membacaya dahulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini untuk menghindari salah tafsir atau salah dalam memahami. 
Dzikir LisanDalam melaksanakan Dzikir Nafas haruslah didampingi oleh seorang Pembimbing, karena jika ada kesalahan sedikit saja dapat langsung di konsultasikan agar tidak menjadi fatal, lebih bagusnya secara tatap muka. 
Banyak sekali orang yang tergelincir pada tahap ini gara-gara ia terlalu yakin akan kemampuan dirinya.Bacaan yang didzikirkan sangatlah beragam tergantung dari tingkatan Salik yang bersangkutan. Jika belum tahu tentang bacaannya cobalah bertanya kepada Guru/ Pembimbing/Mursyid atau apalah Anda memanggilnya.
Pada tahap awal, dalam melaksanakan Dzikir Nafas, sebaiknya dalam kondisi tubuh yang tenang, misalnya duduk, atau tiduran, supaya konsentrasi Anda tidak terganggu. Setelah terbiasa melaksanakannya, silakan saja berdzikir sambil beraktifitas melakukan kegiatan lain. misalnya berkendara atau bekerja.

Ketika Kita menghirup Udara bersamaan dengan itu kita berdzikir kepada Allah, Oksigen yang kita hirup diserap oleh paru-paru dan diikat oleh sel darah merah untuk dibawa ke jantung dari jantung di alirkan ke seluruh tubuh, maka darah dan seluruh anggota tubuhpun ikut berdzikir kepada Allah Ta a’ala

Jika menanyakan berapa pahala yang diperoleh ? sebagai perbandingan adalah biasanya yang berdzikir secara lisan adalah satu anggota tubuh, sedangkan ini adalah seluruh Anggota tubuh ikut berdzikir kepada Allah, silakan hitung …

Sebenarnya tidaklah Etis mempersoalkan pahala. Di beri pahala atau tidak kita seharusnya tetap beribadah kepada Allah …
Dzikir yang dilakukan oleh lisan, diucapkan oleh mulut, yang di suarakan baik dengan suara yang nyaring ataupun pelan.

Biasanya, yang di dzikir kan berupa bacaan yang intinya permintaan maaf kepada Sang Khalik, dengan harapan untuk mendapatkan Ampunan dari Allah. Ada juga bacaan yang berupa pujian, mengagungkan asma Allah. Diantaranya: Istighfar, subhanallah, Tasbih, Tahlil, tahmid dll.

Pada tahap yang paling awal sebaiknya memperbanyak Istighfar yang dilaksanakan secara Dzikir lisan, dengan harapan Allah berkenan mensucikan diri kita dari dosa-dosa yang dilakukan oleh tubuh atau raga.

Sebab jika kita sejenak merenungkan diri akan apa yang telah kita perbuat selama ini sejak tubuh ini dilahirkan sudah berapa banyak dosa yang telah kita perbuat, baik kita menyadarinya atau tidak. Maka membaca Istighfar secara Dzikir Lisan sangat penting artinya, ini adalah tumpuan awal melangkah untuk menempuh Jalan yang suci ini.
Ruh yang berdzikir 

Ketika kita berdzikir dengan posisi duduk menghadap qiblat dan jangan bergerak. Qolbu juga kita suarakan (dzikir Kolbu) Allah… Allah… Allah… terus sampai badan kita tak merasakan apa-apa. Qolbu terus bersuara….. masukkan lagi ke kedalaman yang paling dalam, lalu suarakan lagi dzikrullah ke kedalaman yang paling dalam itu, bersuara Allah… Allah… Allah… Setelah itu dengarkan dengan qolbu-mu, samakan dengan suara qolbumu. Sampai muncul adanya getaran. Dan rasakan getaran, kehidupan Ruh terasa hidup dan makin hidup, hidup yang lebih hidupi dengan hidupnya Ruh yang sedang berdzikir. Dan kita bisa katakan ; Hidup Dalam Ruh yang Sedang Berdzikir. Dan kita bisa lebih mengenal Ruh kita dengan dzikrullah.

sabda Rosullulah Muhamad Saw;

لِكُلِّ شَىْءٍ صَقَالَةٌ وَصَقَالَةُ الْقَلْبِ ذِكْرُاللهِ

“Bahwasanya bagi tiap sesuatu ada alat untuk mensucikan dan alat untuk mensucikan Qolbu itu ialah Dzikrullah.”

Pintu awal memasuki alam Ruh adalah lewat qolbu, kalau qolbu sudah dibersihkan dengan dzikir qolbu, maka lambat laun Ruh ikut menyuarakan dzikir. Dalam fase ini prosesnya melalui ritual-ritual Khusus. Dengan mengkhususkan diri dalam menjalankan ritual, maka kebersihan qolbu akan nampak dari kebeningan dalam pemikiran, karena qolbu selalu mengumandangkan dzikir, sedangkan Ruh, dalam kondisi kesuciannya, ikut melantunkan dzikir. Dzikirnya Ruh mampu merontokkan hijab jiwa yang sekian lama membelenggunya yang sulit dipisahkan.

Dalam surat As-Syam ayat 9 dan 10, Allah swt berfirman:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكَّهاَ ( 9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا (10)

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya

10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori jiwanya.

Selalu Berdzikir kepada Allah swt akan senantiasa menguatkan iman dan taqwa seseorang, sekaligus membersihkan qolbu serta Ruh. Dalam perjalanan hidupnya, yang dipikirkan hanya pendekatan diri kepada Allah swt. Ilham-ilham pun sering didapatkan, menerima ilham lewat qolbu dan Ruh sebagaimana firman Allah swt. Dalam surat As-Syam ayat 8:

فَاَلْهَمَهَافُجُوْرَهَاوَتَقْوَهَا (الشَّمْس 8)

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan (jalan) ketaqwaannya”(As-Syam ayat 8).

Jadi Allah swt juga masih menguji dan memberi cobaan kepada orang yang taqwa, cobaan itu berupa: kejelekan serta kehinaan. Apakah dia Oleng, goyahkah taqwanya? Atau tambah kokoh taqwanya? Sesungguhnya orang-orang yang taqwa, dia mampu mengantisipasi dan menangkal dengan kesabaran dan ketabahan hati. Dia tetap tegar dalam menghadapi segala cobaan yang menimpanya dan senantiasa mengokohkan posisi dalam kesuciannya yang tidak akan dicemari oleh siapapun. Karena Ruh tetap suci. Jadi yang bisa dikotori itu adalah jiwa bagian luar, itu-pun hanya limbasan dari kotornya qolbu yang dililit pengaruh dari hawa nafsu serta keinginan yang menyesatkan.( Ruh yang berdzikir)
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar