Jumat, 25 Mei 2012

pedoman

PEDOMAN BERTHORIQOH

Di dalam thariqah ada yang disebut Talqinudz Dzikr, yakni pendiktean kalimat dzikir La ilaaha illallah dengan lisan (diucapkan) dan atau pendiktean Ismudz-Dzat lafadh Allah secara bathiniyah dari seorang Guru Mursyid kepada muridnya. 
Dalam pelaksanaan dzikir thariqah, seseorang harus mempunyai sanad (ikatan) yang muttasil (bersambung) dari guru mursyidnya yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Penisbatan (pengakuan adanya hubungan) seorang murid dengan guru mursyidnya hanya bisa terjadi melalui talqin dan ta’lim(belajar) dari seorang guru yang telah memperoleh izin untuk memberikan ijazah yang sah yang bersandar sampai kepada Guru Mursyid Shohibut Thariqoh, yang terus bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. 
Karena dzikir tidak akan memberikan FAEDAH YANG SEMPURNA kecuali melalui talqin dan izin dari seorang guru mursyid. Bahkan mayoritas ulama thariqoh menjadikan talqin dzikir ini sebagai salah satu syarat dalam berthariqoh. Karena sirr(rahasia) dalam thariqoh sesungguhnya adalah keterikatan antara satu hati dengan hati yang lainnya sampai kepada Rasulullah SAW, yang bersambung sampai ke hadirat Yang Maha Haqq, Allah Azza wa jalla.
Dan seseorang yang telah memperoleh talqin dzikir yang juga lazim disebut dengan bai’at dari seorang guru mursyid, berarti dia telah masuk silsilahnya para kekasih Allah yang agung. Jadi jika seseorang berbai’at Thariqoh berarti dia telah berusaha untuk turut menjalankan perkara yang telah dijalankan oleh mereka.
Perumpamaan orang yang berdzikir yang telah ditalqin/dibai’at oleh guru mursyid itu seperti lingkaran rantai yang saling bergandengan hingga induknya, yaitu Rasulullah SAW. Jadi kalau induknya ditarik maka semua lingkaran yang terangkai akan ikut tertarik kemanapun arah tarikannya itu. Dan silsilah para wali sampai kepada Rasulullah SAW itu bagaikan sebuah rangkaian lingkaran-lingkaran anak rantai yang saling berhubungan.
Berbeda dengan orang yang berdzikir yang belum bertalqin/berbai’at kepada seorang guru mursyid, ibarat anak rantai yang terlepas dari rangkaiannya. Seumpama induk rantai itu ditarik, maka ia tidak akan ikut tertarik. 
Maka kita semua perlu bersyukur karena telah diberi ghirah (semangat) dan kemauan untuk berbai’at kepada seorang guru mursyid. Tinggal kewajiban kita untuk beristiqomah menjalaninya serta senantiasa menjaga dan menjalankan syari’at dengan sungguh-sungguh. Dan hendaknya juga dapat istiqomah didalam murabithah (merekatkan hubungan) dengan guru mursyid kita masing-masing.
Syarat Thariqah
  1. Sanad-nya silsilahnya muktabaroh, artinya tidak putus shahih sampai kepada Baginda Nabi SAW.Ath-Thoriqotil-Baidlo’ yakni Thoriqoh yang bersih yang muttasil sanadnya sampai Rosulillah SAW
  2. Bay’at, melalui guru mursyid yang memilki otoritas dari guru mursyidnya sambung menyambung sampai kepada Baginda Nabi SAW.
  3. Tidak didapat melalui mimpi.
  4. Adanya khirqah atau ilbas yang dimiliki oleh Mursyid tersebut. (ini yang sangat kuat menunjukkan otoritasnya) karena ia memiliki khirqah yang maknanya sesuatu peninggalan dari Baginda Nabi SAW atau dari Imam Thariqahnya, yang diberikan secara turun menurun dari setiap guru mursyid terdahulu sampai kepada sang mursyid guru kita sekarang tersebut yang mana bukti otentik khirqah/ilbas tersebut diketahui oleh banyak saksinya.

Manaqib

MANAQIB

"Assalamu`alaika yaa Ahlul laa ilaha illallooh MuhammadarRosululloh saw" birRUHI Syaikhuna Makshum MirRuhi Rosulillah Saw" 
Bibarokati Sulthon Aulia Irsyad syaikh Ahmad Shohibil wafa Tajil Arifin Qs bikaromati Sulthon Aulia Ghoutsil Adhom Qutubil alaminasy Syaikh Muhyyidin Abdil Qodir Jailani Qs bisyafa`ati Rosulillah Saw, Al fatihah ...Aamiin

Manaqiban adalah perpaduan antara Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia. Asalnya dari Manaqib ditambah akhiran an. Manaqib adalah Jama Taksir dari Manqob (masdar mimi, isim makan dan isim zaman). Akar katanya dari Naqbun yang artinya jalan dilereng gunung.
Adapun maksud dari Manaqib adalah pembacaan riwayat hidup, baik ataupun jelek. Banyak orang yang tidak suka terhadap manaqib, tetapi selalu membaca riwayat para Wali. Padahal riwayat para Wali itu juga manaqib. Ibarat orang yang suka San Satyaonegu (nasi) tetapi mengharamkan Kejo (nasi). Atau ibarat “Monyet ngagugulung kalapa”(monyet mendekap-dekap kelapa).

"Manaqib adalah majmaul-khoir" atau tempat berkumpulnya segala kebaikan, diantaranya :
Silaturahmi, para ikhwan bisa bersilaturahmi dengan ikhwan lain yang berlainan daerah
Pembacaan ayat suci Al-Qur’an, yang merupakan ibadah baik kepada pembacanya ataupun pendengarnya.
Pembacaan Tanbih, dimana-mana ada manaqib selalu dibaca Tanbih, baik manaqib di PP Suryalaya, di Jakarta, Singapura, Malaysia dan lainnya.

Ini diibaratkan kita masuk restoran atau warteg, yang pertama ditanya, “Ada nasi?” Mengapa? Karena nasi itu kesukaan, sehingga walaupun sudah makan bubur atau 6 potong lontong, belum dikatakan makan sebelum makan nasi.
 
Apakah kita mengamalkan Tanbih? Jawabannya, “Kita belum mampu mengamalkan isi Tanbih. Kita baru mampu setiap dibacakan Tanbih hanya mencucurkan air mata”.
"Seseorang yang sudah mengamalkan Tanbih disebut Muntabih", yaitu orang yang selalu memakai peringatan-peringatan. Kita belum mampu mengamalkannya, dengan sungguh-sungguh, akan tetapi berusaha untuk itu.
 
Karena seseorang kalau sudah mampu mengamalkan Tanbih, Insya Alloh orang itu menjadi Wali. Jadi selama belum menjadi Wali, terus menerus Tanbih tersebut dibaca. Bahkan seseorang yang sudah sampai menjadi Wali-pun tidak mungkin dirinya mengaku Wali. Maka jangan bosan untuk terus menerus membaca Tanbih.

Ibarat ingin pergi dari Jakarta ke Surabaya naik kereta api, karena tidak mempunyai karcis, karena tidak mempunyai uang. Lalu masuklah ke gerbong yang berisi arang dan kambing secara gratis. Ketika sampai di Surabaya, para penumpang eksekutif disambut petugas dengan senyuman dan dipersilahkan memasuki ruangan istirahat serta disediakan makanan. Sebaliknya kita yang gratis naik dengan kambing, kepala benjol-benjol penuh arang malah begitu sampai diburu polisi karena tidak mempunyai karcis. Tetapi walaupun benjol dan hitam, masih beruntung sudah sampai di tempat tujuan yaitu Kota Surabaya.
 
Seperti itulah perjalanan kita. Para solihin disambut bidadari, malah kita dimarahi para malaikat. Karena bersama para solihin kita terbawa masuk surga. Kita belajar dzikir kepada Pangersa itu agar sampai. Karena kalau ingin sampai tanpa karcis, maka kita harus meminta Talqin.

Kita bergabung dengan mereka, sambil robithoh dan dzikir, sehingga nilai-nilai Tanbih bisa masuk ke dalam diri kita. Sehingga kita menjadi orang Muntabih.
 
Mengapa lebih mengagungkan Tanbih dari pada Al-Qur’an? Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Tanbih itu semuanya dari Al-Qur’an. Sejak do’a, jangan ada perpecahan, menghormati orang yang diatas kita dan menyayangi orang yang dibawah kita, dan lainnya semuanya sama dengan nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.
 
Dilanjutkan kepada Tawassul. Tawassul ini bukan pekerjaan ringan dan jangan dianggap remeh. Tawassul sangat erat kaitannya dengan robithoh.
 
Karena orang seperti kita tidak layak bergabung di lingkungan Alloh bersama para Nabi, Rasul dan Auliya. Sholat kita masih sering ketinggalan dan sering tidak khusyu, malah hatinya kesana kemari.

Kalau hanya ingin disebut muslim yang baik di mata manusia adalah mudah, asal jangan berbuat jahat saja dikatakan baik. Akan tetapi ukuran baik menurut Alloh bukan sekedar tidak berbuat jahat, tetapi yang dikatakan baik itu harus wushul (sampai) kepada Allah.
 
Di lingkungan bukan Tarekat tidak dikenal kalimat wushul. Wushul atau sampai ini terkait dengan kembali. Kembali kepada Alloh berarti mati.
 
Kita dari Alloh dan harus kembali lagi kepada Alloh. Orang disebut mati kalau mati, kenyataannya banyak orang mati tetapi tidak kembali kepada Alloh, malah masuk ke Jahannam. Kapan kita harus kembali? Sejak sekarang juga kita harus kembali.

Alloh itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher. Dekat-jauhnya Alloh tidak diukur jarak, karena bukan benda. Rumusnya sesungguhnya Alloh itu dekat dengan kita, hanya saja kita yang jauh dari Alloh.
 
Karena kalau Alloh itu jauh dari kita, sudah tentu mata kita pun tidak mampu dikedipkan oleh kita. Cakupan Alloh itu sangat luas, ini perlu diluruskan. Maksudnya bahwa Alloh itu tidak berarti di atas, atau dibawah atau ditempat yang memerlukan uang.
 
Agar kita kembali kepada Alloh, maka kita harus melakukan perjalanan ruhani menembus 4 lapis alam. Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menembus diri sendiri. Manakala seseorang mampu menembus diri sendiri ke luar dari jasmaniahnya dalam beribadah, maka orang itu berada di etafet pertama. Terus berusaha menembus hatinya (alam malaikat), berarti dia berada di etafet kedua. Terus berusaha menembus alam Jabarut, lalu ke sirri yang berarti dia menembus Alam Lahut. Barulah kalau sudah menembus Alam Lahut ini, dia sampai (wushul) kepada Alloh.
 
Insya Alloh, kalau terus menerus berdzikir kepada Alloh dan mengamalkan Tanbih yang dibimbing oleh seorang Guru Mursyid kami, dengan ilmu yang benar akan wushul kepada Alloh. Amiin

Rabu, 16 Mei 2012

Hakikat

HAKIKAT SIRR

Hakikat Nur Sirrullah adalah Tali Wasilah
Definisi Tali Wasilah
Berikut ini kalimat-kalimat yang saya rangkum ceramah Bapak Prof. Dr. Kadirun Yahya MA, M.Sc.
Bagian dari manusia yang akan kembali ke hadirat Allah SWT adalah Roh Manusia. Oleh sebab itu roh dalam diri kita di dunia ini harus selalu dilatih secara vertical untuk sampai dan selalu berhampiran kehadirat Allah SWT. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan Saluran Tali Allah SWT.

 
Alloh berfirman dalam QS Al Maidah 35:
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah pada Allah SWT (termasuk banyak berdzikir & shalat) & carilah wasilah( cara/metode untuk mendekatkan diri pada Nya & berjihadlah (sunguh-sungguhlah berjuang secara intensiflah beramal) pada jalnNya itu (pada metode itu) semoga kamu menang”
 
Wasilah dalam ayat tersebut jika diuraikan secara terperinci & teranalisa merupakan TALI ROHANI yang sambung menyambung, rantai berantai sampai dengan rohani Rasulullah, karena pancaran yang terus menerus dan yang selalu disalurkan dari Nuurun alaa Nuurin Yahdillahu li Nuurihi mayya syau (“ Nur Illahi beriring dengan Nur Muhammad, yang diberikanNya pada orang-orang yang dikehendakiNya”)

QS Ali Imran 103
“ Berpeganglah kamu pada Tali Allah & janganlah kamu bercerai berai”Berdzikir pada Allah dengan mempergunakan metode/ cara menyatukan diri rohani kita dengan frekwensi atau gelombang yang dimiliki Rohani Rasulullah yang hidup pada sisi Allah "
“huwal awwalu wal akhiru”, melalui frekwensi dari pada rohani para ahli silsilah yang menerima & diteruskan secara asli dan murni sambung menyambung secara berantai turun menurun hingga akhirnya sampai kepada Rohani Guru Mursyid saat ini.

Barulah sesudah mendapat frekwensi gelombang dari rohani rasulullah (Nurun ala nurin) melalui Rohani Sang Guru Mursyid, maka gelombang yg berisi Nur Ilahi secara langsung diterima oleh Rohani kita. Dengan memakai/mempergunakan frekwensi itu yang pada hakekatnya telah menyatukan diri Rohani kita dengan diri Rohani Rasulullah hingga memiliki frekwensi yang sama. Sehingga detik itu Ruhani kita dapat hadir ke hadirat Allah SWT, karena rohani rasulullah sangat hampir pada Allah SWT.

Tanpa Wasilah tiap-tiap orang yang bermunajat kehadirat Allah SWT tidak akan mencapai sasaran, dengan kata lain tidak akan sampai kehadirat Allah SWT. Seperti yang dibacakan di atas QS Al Maidah 35

Jadi jelas bahwa wasilah itu yang menyampaikan segala sesuatu kepada Allah SWT, tidak lain dan tidak ada kata lain bahwa yang menyampaikannya ialah semata-mata yang terbit daripada Fi’il Sifat Zat Allah SWT sendiri yang memiliki, Karena Ia yang memiliki getaran-getaran yang Maha Dahsyat, Nurun ala nurin. Cahaya di atas Cahaya yang berisikan Kalimah Al Haq yang terpencar dari yang Maha Punya Nama.

Nurun ala nurin yang memasuki Rohani Rasulullah SAW, satu-satunya manusia yang pasti dimasukinya, tanpa wasilah ini, tidak akan ada alat komunikasi antara Muhammad dengan Allah SWT

 
HR Abu Daud dan An Nasai :
Tidak Kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasulku Doanya tergantung di Awang-Awang Jika kita sudah berhampir dengan Rohani YANG MAHA MENANG yaitu ROHANI RASULULLAH maka secara otomatis komunikasi langsung dengan ALLAH SWT sebagai TUHAN YANG MAHA NYATA detik itu telah terbangun, keraguan bertemu ALLAH SWT pada waktu itu harus disirnakan karena sebenarnya kita sudah membangun komunikasi/bertemu dengan ALLAH SWT. Jika di dunia kita sudah mendapatkan teknik untuk berkomunikasi denganNYA maka di akhirat tidak perlu kuatir lagi untuk bersamaNYA.



Nur Sirrullah
 
Nur Sirrullah adalah jembatan penghubung yang menghubungkan 7 petala langit, dari lapis terbawah sampai lapis tertinggi. Sehingga walaupun kesadaran dirimu belum terbuka hingga tataran tertinggi, namun engkau sudah bisa menyadap pengetahuan dari perbendaharaan ghaibNya. Itulah rizki dan karuniaNya untukmu.

Jembatan penghubung ini bisa juga di artikan dg frekwensi penghantar. Juga bisa diartikan tali wasilah. Hakikatnya itu adalah fi'il sifat yg datang dari sisiNya. Karena hakikatnya hanya Hidayah dari Allah saja yg bisa menjadi petunjuk bagi manusia. Wasilah inilah kendaraan yg menghantarkan gelombang fikiran manusia yg ada di alam materi hingga sampai ke alam ruhaniyah (Ilahiyah). 
Cahaya Nur Sirrullah ini jugalah yg menerangi jalan para penempuh spiritual dalam membuka stratum kesadarannya hingga bs mencapai derajat kesadaran manusia luhur Al-Insan Kamil.


“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang paling baik.” (Q.S. An-Nisaa’: 69)

"Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan pentadbiran)-Nya, dan Dia jualah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Ayat 11 : Surah asy-Syura )

"Dan pd sisi Allah-lah kunci-kunci semua yg ghaib; tak ada yg mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yg di daratan dan di lautan, dan Tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering. melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil Mahfudz)"
- QS Al An'am 59 -

RAHASIA ALLOH
 
Yang dinamakan hamba oleh alloh adalah Muhammad, karena Muhammad itulah yg mempunyai : Tubuh - Hati - Nyawa - Rahasia.

Muhammad itu hamba? Artinya ilmunya yg membawa wasilah ( talqin dzikir ) yaitu yg berupa Rahasia Alloh yg tertanam di qolbu. Karena Alloh itu nama bagi zat yg wajibul wujud dan mutlak, yaitu bathin Muhammad dan Dzohir Muhammad.

Jadi jelaslah Yg bernama Muhammad itu apa menurut alloh dan yg bernama Alloh ta'ala itu apa, menurut Muhammad....Supaya benar-benar bisa menjadi tauhid pada kalimat laa ilaaha illalloh, maka kalimat yg Agung ini adalah pertemuan antara hamba dg Tuhannya

Kenapa ketika kita berdzikir hati ini tidak merasakan suatu kegembiraan, kadang males dan lain-lainnya padahal kalimat itu adalah alat pertemuaan antara hamba dg Tuhannya...Ini disebabkan karena kita tidak mencintai Laa ilaaha illalloh ? kalimat ini masih kalah dg lagu wali band atau unggu band. Ketika lagu ini diputar...bisa membikin kita terhanyut dan terbawa oleh perasaan yg sangat mengasyikkan...

Itulah mengapa ketika kita berdzikir hati ini belum merasakan rasa nikmat...

Yuch mulai sekarang kita belajar mencintai dzikir, seperti ketika kita mendengarkan lagu kesukaan kita sehingga bisa terbawa kedalam rasa


FUNGSI ANGAN-ANGAN

1. Angan-Angan yg berkecendrungan ke nafsu syahwat adalah bayangan dari hakikat rasa, apabila dapat dikuasainya maka akan menjadi dasar kekuatan akan keindahan, sehingga ketika orang yg sedang berdzikir, kadang-kadang ia merasakan suatu kenikmatan yg tidak dapat diungkapkan dg kata-kata.

2. Angan2 yg berkecendrungan serakah, tamak, mau menang sendiri, malas dan lain-lainnya. Apabila angan-angan ini dapat dikuasai ia akan menjadi sebuah dasar kekuatan, tandanya ia akan mencintai dzikir walaupun ia belum tau hakikat yg ia cintai.
3. Angan2 yg berada didarah, yg wataknya beringasan, amarah, tidak sabaran dan gelap mata. Jika ia dapat dikuasai maka ia akan menjadi sebuah kemauan dan ketekunan dalam berdzikir, tandanya ia akan mengutamakan dzikir dari pada amalan-amalan lainnya.
4. Angan-angan yg berada ditulang sum-sum ia akan menghasilkan kekuatan kehendak yg menyebabkan keinginan-keinginan atau cita2. Dan ini merupakan sarana Karsa Alloh akan menjadi negatif bila tidak dikendalikan dg dzikir, tandanya ketika seorang sedang berdzikir, timbul suatu hasrat keinginan yg ingin berlama-lama didalam berdzikir ( ingin nambah terus dzikirnya )
 
 
PENDIDIKAN HAWA ( NAFS )
Gudang ilmu yang paling dekat dengan kita adalah diri kita sendiri.

Karena diri kita adalah sumber dari ilmu dan rumus Tuhan ( Qudratulloh ). Maka peranan semua agama yang ada dimuka bumi ini adalah pendidikan yang ditunjukan kepada hawa/ Nafs / jiwa manusia agar selalu berkiblat kepadaNya.

Tetapi pendidikan yang ditunjukan kepada hawa ( Talqin dziki ), dihilangkan dan disembunyikan oleh musuh Alloh.

Alhamdulillah Pangersa Abah Anom Qs telah mengembalikan dan memperkenalkannya kembali kepada kita yaitu masalah pendidikan hawa nafsu yaitu berupa talqin dzikir.
 
PUSAT RUH
Setiap bayi yg lahir memiliki tingkat kesucian, yg dp diumpamakan sebuah kertas yg putih polos dan bersih.

Kesuciannya berada pd wahana ( tempat ) nafs ( jiwa ) atau hawa yg masih bersih dan belum tercemar oleh polusi keduniaan.

Nafs ( hawa/jiwa ) dipasang diantara dua kutub jasmaniyah dan kutub ruhaniyah yg berpusat pada ruh, sehingga nafs ini akan dibolak balikan.

Unsur ruhani yaitu ruh itu bersifat suci sebagai utusan Tuhan dlm diri manusia yg dp membawa sebuah ketetapan atau pedoman hidup.

Sehingga ruh ini dp berperan sebagai obor yg memancarkan cahaya kebenaran dari Alloh Swt.

Ruh yg membawa obor atau cahaya dari Tuhannya adlh Ruh Suci atau Ruh Kudus tidak lain adlh seorang Mursyid kamil mukamil ( Pangersa Abah Qs ).

Dialah ( Pangersa Abah ) sebagai juru selamat dan juga juru nasehat untuk hawa, jiwa atau nafs ( Kita )

Jika kita ( nafs, jiwa, hawa ) tunduk ( mau belajar dzikir ) kepada ruh suci ( Guru Mursyid ) maka akan menghasilkan hawa ( nafs ) yg positif ( Nafsu Mutmainah )
 
Sebaliknya jika ( nafs, jiwa, hawa ) tunduk pada keinginan jasad itu disebut sebagai nafsu negatif.

Nafsu negatif ada 3 macam :

1. Nafsu lawamah ( Kepuasan biologis ; makan, minum, tidur dllnya )
2. Nafsu Amarah
Berbuat kejahatan atau Angkara Murka, suka marah, akuisme dllnya.
3. Sawiyah (Mulhimah)
Yaitu suka mengejar kenikmatan psikis; seks, sombong, narsisme, gemar dipuji-puji.

Sedangkan untuk hawa sendiri memiliki 2 kutub nafsu yg bertentangan bisa diibaratkan uang logam yg memiliki 2 sisi ( gambar dan angka ).


Akan tetapi kedua sisi tidak dapat dipisahkan atau dilihat secara bersama-sama. Apabila kita ingin menampilkan gambar maka letakkan angka dibawah dan sebaliknya.


Apabila seseorang mengaku melihat kedua sisinya ( gambar dan angka ) dalam waktu yg sama, maka orang itu bisa dikatakan mempunyai jiwa yg munafik alias kekehidupan yg palsu dan hanya berdasarkan pengakuan belaka alias suka mengaku atau bohong.


Itulah contoh jika orang tidak mau mengambil talqin dzikir

 
TALI RASA
Manusia memiliki alat yang kasar dan yang halus. Yang halus tidak dapat dilihat oleh panca indra mata tetapi sangat lengket diantara keduanya, sehingga dapat menyebabkan panca indra bisa bekerja masing-masing dan inilah yang disebut dg Tali Rasa ( Syaraf Bathin )

Tali rasa bisa bekerja jika disalurkan kepada indra jasmani. Kerjanya tali rasa ini selalu memberi peringatan kepada roh jasmani, sehingga diterima oleh kita didalam buah pikiran tetapi sangat lemah dan seakan-akan itu tak berguna, lalu tidak diperhatikannya dan ini karena disebabkan banyak dipengaruh oleh akal pikirannya.


Saya contohkan ketika seorang sudah selesai sholat dan dzikir, tiba-tiba sekilas ada buah pikiran didalam qolbunya disuruh untuk khotaman. Dan bagi seorang yang awas hatinya ia akan segera melaksanakannya, karena ia tahu siapa yang telah memperintahkannya lewat pesan diqolbunya tiada lain adalah Guru Agung (mursyid) yg memberi sinyal-sinyal pesan pd Muridnya.


Tali rasa inilah yang bisa mengingat segala kejadian yg dikerjakan oleh pikiran dan panca indra lainnya. Tali Rasa ini bisa berdiri sendiri tanpa hambatan dan juga rintangan walaupun tanpa dialiri di syaraf atau darah keotak. Ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata jasmani. Tali rasa ini kerjanya menyimpan (Rekaman) dan mengetahui semua keadaan baik diluar maupun didalam.


Ketika orang terserang kantuk adalah tanda tali Rasa mulai terputus. Dengan tanda putusnya Tali Rasa ini ia akan tertidur lelap, Orang yang tidur ada yang bermimpi dan ada juga yang tidak. Orang yang bermimpi disebabkan buah efek dari waktu mata jasmani ini terbuka dan secara otomatis merekam semua apa-apa yang dilihat karena banyaknya angan-angan atau khayalan yang tersimpan dan belum direstart dengan Robithoh, maka terjadilah seorang yang bermimpi buruk, sedih, senang bukan bermimpi yang mengandung hikmah.


contohnya Tustel film ketika diarahkan suatu benda atau objek dan disimpan difilm secara otomatis ia akan berpindah kedalam film, itulah angan-angan atau khyalan yang tertinggal di dalam Tali rasa karena tidak direstart dengan Robithoh.
 
 
RASA

Rasa adalah anugerah Yang Maha Agung dari Guru Agung, beliaulah pemilik Rasa itu (Mursyid), Rasa yang mendorong manusia kedalam keadaan yang sesungguhnya dari tiada ke ada, dari sifat ADAM (tiada) kesifat Nur Muhammad (Mursyid), beliaulah (Mursyid) yang membolak balikan rasa ruhaniyah muridnya menuju nur muhammad yang hakiki

rohman rohimullooh yg terpancar dalam pantulan guru kita tercinta, bersihkan wadah itu, untuk menerima limpahan yg Agung
Istiqomah rasa dalam robithoh adalah kewajiban yg mengaku muridnya. 

Karena didalam Istiqomah Rasa itulah mengandung kecintaan, yg disertai rasa kasih sayang yg mendalam dalam kehidupan yang fana ini, leburkanlah bersama para utusannya (Mursyid) menuju yang SATU yaitu keabadian yang hakiki. 

Rasa ini membangkitkan kesadaran untuk lebur bersamanya kedalam lautan yg sangat luas tanpa tepi ,yang membersihkan segala kotoran yang menempel, Penyatuan jiwa dgn utusannya (mursyid) menuju keindahan yg maha indah..

Seorang Mursyid ingin semua muridnya begitu.. Menuju Baldatun thoyibatun wa Robbun ghofur..Sehingga menjadi pelita yg besar dan menerangi dunia lahir dan dunia ruhani dari masrik sampai magrib ila yaumil qiyamah.

Semoga Alloh menjaga diri kita seperti Alloh menjaga para Guru-Guru kita,, dgn kuasa/ Karsa-Nya...aamiin

 
PERENUNGAN


Ini adalah sebuah pertanyaan yg besar bagi para penempuh jalan spiritual.

1. Kemanakah kita bakal pulang?

2. Kemanakah kita setelah mampir makan dan minum didunia ini?

3. Kemanakah Aku hendak pulang setelah aku pergi bertandang kedunia ini?


 
I. kemanakah kita bakal pulang?
 

Asal kita dari orang tua.
A. Yang berasal dari lahiriyah.  
    Caranya:
1. Muliakanlah kedua Orang Tua, jangan sekali2 engkau membentaknya, menyakitinya lebih-lebih engkau mendiaminya.
2. Doa kan secara lahiriyah dan bathiniyah, dg cara sholat birrul walidaini.
3. Ciumlah tanganya sebagai rasa hormatmu...hakikatnya adalah mengharap ampunannya
4. Sering-seringlah engkau bersilatuhrahmi kepada kedua Ortumu. dllnya
Ini baru haqnya lahiriyyah...untuk mengembalikan titipan yg ada pada dirimu. Pulangkan lahirmu pd asalnya yaitu Kedua Ortumu.
 
B. Yang berasal dari ruhaniyyah...kembalikan yg asal dari bathiniyyah....dan ini adalah haqnya Seorang Mursyid. Bagaimana dg cara mengembalikannya :
1. Robithoh
2. Perbanyak Dzikir
3. Khotaman dan
4. Manaqib
Itu semua adalah untuk memulangkan diri bathin ini ketempat asalnya.
II. Kemanakah kita mampir minum dan makan didunia ini?

Ilustrasinya begini:
1. Sebelum makan baca bismilah

2. Sedang makan hadirkan qolbu ( Dzikir khofi )
3. Sesudah makan baca Alhamdulillah.
Nah...persoalan yg kita anggap sepele, sebetulnya mengandung manfaat atau keutamaan yg besar kenapa?
 
Sebab secara tidak langsung ruhani kita, mengembalikan haqnya bangsa yg kita makan yaitu :
1. Haqnya Tumbuhan
2. Haqnya hewani
Kesemuanya akan dikembalikan oleh ruhani kita, begitu juga lahiriyyah mengembalikan haqnya dg mengeluarkan kentut dan kotoran semuanya kembali pd asalnya yaitu dunia.
III. Kemanakah Aku hendak pulang setelah aku pergi bertandang kedunia ini?

Aku ini adalah Aku dunia dan Aku Akherat...Aku bangsa Jasad dan Aku Bangsa Ruhani.
Setelah bangsa jasad (dzohir) bertandang dan bertemu dg asalnya yaitu dunia ini, lewat perantara atau jasa kedua Orang Tua kita...Tinggal bangsa Ruhani yg belum bertandang ke Asalnya yaitu alam ruhani.
 
Kita sudah diperkenalkan dg bangsa Ruhani oleh Seorang Mursyid...tinggal kita melangkah dan mengetuk pintu alam ruhani itu, dg cara dzikir yg sesuai petunjuknya ( sesuai alamatnya )
Mulai sekarang yuch kita belajar bertandang kenegeri ruhani itu.


 


WEJANGAN PARA LELUHUR


" Urip sing sejati yaiku sing tan keno pati ".
( Hidup yg sejati itu adalah hidup yg tidak bisa terkena Mati ).

Kita semua bakal hidup sejati, tapi permasalahan yg muncul adalah...Siapkah kita menghadapi hidup yg sejati, jika kita senantiasa berpegang teguh pd kehidupan didunia ini yg serba fana dan baru?

Para Leluhur juga menjelaskan:

" Tangeh lamun siro bisa ngerti sampurnaning pati, yen siro ora ngerti sampurnaning urip ".


( Mustahil kamu bisa mengerti kematian yg sempurna, jika kamu tidak mengerti hidup yg sempurna ).
Oleh karena itu carilah ilmu yg dapat menyempurnakan lahir bathin.



 
KARUHUN ( Para leluhur )
Banyak pemahaman menyimpang atas nama Islam. Pemahaman KA-RUH-UN yang diidentikan dengan para leluhur zaman dulu. Yang seolah-olah para leluhur adalah biangnya Ruh. Sehingga masih nbanyakn diantara kita yang masih mengandalkan dan meminta sesuatu semisal kekuatan atau masalah kehidupan ini kepada para karuhun,
Maka dari itu Kembalilah kepada Biangnya yaitu Ruh Sayyidina wa Nabiyyina Muhammad Saw, dialah bapak segala Ruh *Ana Babul Arwah*
Bagaimana caranya? segeralah ambil Talqin-Dzikir dari seorang Mursyid Kamil Mukamil yang mempunyai tali washilahNya, bukan kepada para normal atau pun dukun untuk memecahkan problem kehidupan ini.


  NASEHAT KASEPUHAN

1. Jasad, nyawa, rasa....kasepuhan bandung
 
2. Kullu nafsin zaaikatul maut.....kasepuhan karawang
3. jangan banyak baca kitab... kasepuhan madura Kh maimun WK talkin
4. dzikir yang banyak...kasepuhan cianjur alm ajengan Aang wk Talqin

5. Sudah punya rumah disana?????
sudah tau jalan pulang ???/
kasepuhan ciawi, abah mid, wk talkin
 
6. mutu qobla anta mutu....belajar mati sebelum mati.... ilmu yang paling dasar.../paling rendah....kasepuan bandung
43 menit yang lalu · Suka · 3

7. dunia ibarat duri tajam.....kasepuhan kebumen

8. riyadhoh mempertajam rasa....alm Kang Haji Dudun
 
9. Abah mah teu kamana mana, Abah aya di koneng.....Pengersa Kang Haji Kankan Putra pangersa

10.mandi malam mengisi 360 sendi dg nur....kasepuhan...( rahasia )

11.tolak bala....itu penting....pembersih....kasepuhan SUryalaya
 
12. membayar fiziah orang tua atau saudara alm ....penyelamat di alam barzah, dengan syarat tertentu....kasepuhan ( tidak boleh mnyebut nama /rahasia ), kecuali face to face

13. hakekat rejeki itu apa apa yang di makan oleh orang lain/ mangfaat bagi orang, kalAu yang dimakan kita tidak berbekas...larinya ke wc....

14. ciri ciri sayang Guru..."duduk di sajadah " dari magrib sampai isya
subuh sampai isrok....kasepuhan karawang

15. ada waktu/ jam tertentu turunnya rahmat, jam 12:00, 02:00, 03:00 pangersa Abah Anom
 
16. Pagawean urang tharekot mah pagewean jalma nu teu loba omong.....kasepuhan bandung

17. Bungsu Bagus nikmaaatt...ibadah teh bageur....! ti pun Bpk (alm)..


18. ini yang berat....dzikir 3000, 5000, 10.000, satu waktu...kalau mau sampai...
kasepuhan bandung
 
19. ( kalau sudah biasa dan dikasih tau caranya , satu jam dapet 10 .000 )...kasepuhan bandung
 
20. belajar baca Al ikhlas, dari sekarang......kedepan shalat nisfu 100 rakkat jadi sebentar,terbukti dari magrib dzikir, khataman, shalat sunat ba'da magrib. shalat nisfu, qobla isya, isya dzikir , lanjut sahalat nisfu, jam 8 malem selesai.....kasepuhan bandung


21. ciri ciri orang yang berzdikir banyak ...seluruh tubuh bergetar, dari ujung rambut, kulit, daging , urat, darah, tulang, sumsum...bergetar
nya berlanjut...sampai masuk waktu shalat berikutnya, dst.... itu lah yang dinamakan hakekat 7


  hakekat Ada 3 tetapi 1
1. Jasad ( Badan )     
2. Nyawa ( Ruh )
3. Rasa  ( Sirr )

3 ini hakekatnya satu...dzikir nya satu kali sehari...harus manteng atau ajeg dengan istiqomah gak putus, walau dibawa tidur sekalipun....tetap terdengar , terlihat, terasa...dan hakekat 3 mempunyai 4 huruf....alif, lam, lam, ha....itulah dzikir rahasia


1. Adapun alif artinya tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Kokoh,
2. Adapun lam maksudnya adalah maha lembut terhadap hamba-nya.
3. Adapun lam kedua artinya Memberi petunjuk bagi makhluk-Nya.
4. Adapun ha adalah Al Haq, Maha hidup dan penyayang
 

BAB MATI
1. Proses kematian jasad ( 'am/umumnya), lepasnya Ruh dgn jasad,
2. Proses kematian Nafsu, Matinya Ke-Adaman, Hidupnya Ke-Muhammadan (Pangersa) ada dalam diri kita, semua itu adalah taqdirNya.. 
3. Proses kematian Rasa
Yaitu matinya Rasa keduniawian dengan hidupnya rasa keruhanian yaitu rasa zuhud 
tingkatan ini yg harus kita lalui biar bisa selamat dan menyelamatkan itulah hakikat Islam. Untuk mendapatkannya harus ada ijasah dari seorang Guru (stempel Nurbuwah). Itulah ijasah yang harus kita capai didunia dan diakherat

 
AKSISORIS ROH

1. IMAN adalah senjata pusaka pamungkasnya Roh
2. Tauhid adalah tempat atau wadahnya roh
3. Ma'rifat adalah penglihatannya roh
4. Qolbu adalah Antene penerima ( CHanel ) roh
5. Akal adalah pembicaraannya roh
6. Niat adalah saklarnya roh
7. Sholat adalah menghadapnya roh
8. Syahadat adalah keadaan dan situasi roh
9. Dzikir adalah alatnya roh
10. Talqin adalah wasilahnya roh
 

Sabtu, 12 Mei 2012

ilmu galiheng

ILMU GALIHENG KANGKUNG 1
Oleh: Anfas Kusumu Al-Akhyar


Dalam waktu 24 jam manusia dituntut untuk mengosongkan qulub dari selain Alloh dengan Dzikrulloh, Ini sesuai dengan  Isyarat dari kalimat Laa illaaha illallohu Muhammadur Rosulullohi yg berjumlah 24 huruf. Maka disinilah peranan seorang pembimbing ruhani yaitu seorang Guru Mursyid yang berhak menanamkan bibit tauhid kedalam ruh seseorang, sehingga ruhnya mengenal Alloh. .
Pengosongan qulub dari selain Alloh dengan dzikir adalah syarat utama bagi amal yg dp diterima oleh Alloh. Dengan alat dzikir itulah dapat membersihkan raga, jiwa dan Ruh ( nyawa ).


Mengenai cara membersihkan raga ialah menyucikan hadast besar dan kecil, dan cara membersihkan jiwa adalah dengan mengendalikan bersitan-bersitan hawa nafsu, bisa dg puasa.


Sementara cara membersihkan Ruh ( nyawa ) ialah ia harus mampu menggunakan ilmu GALIHENG KANGKUNG ( ISI BAGIAN DALAM KANGKUNG ) dengan Alat Dzikrulloh yg ditanam oleh seorang Wali Mursyid kamil mukamil.


Dan inilah yg terimplisit dibalik ayat berikut:






" Yaitu orang2 yg beriman dan hati mereka menjadi tentram dg mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dg mengingati Alloh-lah hati menjadi tentram". ( QS ARR'AD AYAT 28 ) 


Dengan demikian, barangsiapa yg sudah mampu mengisi lubang-lubang jantung tersebut, maka dia sudah mampu mengamalkan ilmu GALIHENG KANGKUNG .Dan barang siapa yg sudah mampu mengamalkan ilmu ini, maka dia sudah betul-betul ikhlas. Artinya dia sudah benar2 mampu berakhlaq dengan akhlaq Ahli LAA ILAAHA ILLALLOH.




Orang yang mengistiqomahkan dzikir khofi itu secara otomatis  mengisi tiga lubang, yaitu:

1. Lubang yang menjadi tempat huruf ( Ismu Dzat )
2. Lubang yang menjadi tempat nafsu (nafsu positif dan nafsu negatif)
3. Lubang yang menjadi tempat At-Tauhid ( meng-Esakan )

Kesemuanya itu telah ditanam dan diisi oleh seorang Mursyid ketika kamu mau mengambil talqin dzikir itu. Sehingga kamu akan mampu untuk mengisi lubang-lubang tersebut secara otomatis.

Dan barangsiapa yang mengistiqomahkan dzikir khofi tersebut, maka kamu sudah mampu mengamalkan ilmu GALIHENG KANGKUNG ( Isi bagian dalam kangkung ). Dan barangsiapa yang ingin do'anya diijabah oleh Alloh, diterima hajatnya oleh Alloh, maka kita harus bisa mengosongkan lubang yang ketiga tersebut dari selain Alloh. Kemudian lubang-lubang itu diisi dengan dzikir yang berwasilah.

Maka carilah dzikir yang seperti itu, jika kita ingin menjadi orang yang ahli taqwa. Tidak ada yang lain kecuali seorang Wali Mursyid. Carilah dia dan temukanlah ? karena beliau lah Guru yang mampu mengajar raga, jiwa dan nyawa, Guru yang mampu membakar semua dosa melalui dzikir. Nabi bersabda:


Bertaqwalah kamu dimanapun kamu berada, dan ikutkanlah kejahatan dg kebaikan yg bisa menghapusnya. Kemudian, berakhlaqlah kamu kepada manusia dg akhlaq yg baik ( HR AHMAD, AL HAKIM, ALBAIHAQIE DARI ABI DZARRIN, AHMAD, TARMIDZI, AL BAIHAQIE DARI MU'ADZ, IBNU 'ASAKIR DARI ANAS )

Kemudian kamu meyakini apa yang diberikan oleh seorang Wali Mursyid tersebut sebagai obor ( penerang ) dalam hidup mu. Pasti kamu akan selamat dunia dan akherat. Selanjutnya jika kamu sudah menemukan Guru Mursyid yang seperti itu, Insya Alloh kamu akan menjadi orang yang Ahli Taqwa kepada Alloh. Wallohu A'lam.


MENEMPATKAN KHUSYU DIDALAM PANCA INDRA

Ketika kita  mengambil talqin dari seorang mursyid, hakikatnya adalah menyatukan raga, jiwa dan nyawa dengan dzikir. Secara otomatis kita dilatih untuk menempatkan khusyu didalam panca indra. Lisan berdzikir, hati dan akalpun ikut bebarengan berdzikir dan inilah yang diisyaratkan oleh ayat berikut:



alam ya/ni lilladziina aamanuu an takhsya'a quluubuhum lidzikrillaahi wamaa nazala mina lhaqqi walaa yakuunuu kalladziina uutuu lkitaaba min qablu fathaala 'alayhimu l-amadu faqasat quluubuhum wakatsiirun minhum faasiquun
Artimya:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. ( QS AL-Hadiid ayat 16 )

Dengan demikian kita dituntut supaya bisa " Huduu'ul Khusyuu'i Bilkhowasil Khomsi " ( menempatkan khusyu didalam panca indra ).

Artinya ada penglihatan jangan dilihat, ada suara jangan dihiaraukan, ada aroma jangan dicium, ada rabaan jangan diraba, ada rasa jangan dirasakan, bersedakep, menghadap, mantaf dan yakin, serta menutup sembilan lubang ( 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, mulut, dubur dan anus ). Sehingga menentramkan panca indra yang ada didalam raga, jiwa dan nyawa.

PINTU ANGIN


Jika kita ingin mengetahui hakikat kehidupan ini, maka carilah Pintu Angin orang jawa menyebutnya Lawanging Angin. Pintu itu ada didalam keluar masuknya pernafasan kita. Tidak akan dapat ditemukan pintu angin itu tanpa seorang Guru yang ahli dibidangnya ( Guru Pembimbing Ruhani )


Bila kita sudah menemukan seorang Pembimbing Ruhani ( Wali Mursyid ), maka pasti kita akan mengenal hakikat Pintu Angin tersebut. Sebab pintu angin itu ada didalam hakikat nafsu kita.


Dengan ditemukannya Pintu Angin yang terdapat didalam hakikat nafsu inilah, lahir ajaran yang disebut THORIQOH untuk menyiasati Nafsu yang Negatif sehingga menjadi nafsu yang Positif ( Nafsu yang diridhoi oleh Alloh ). Sehingga kita akan memperoleh kebahagiaan yang besar didunia dan diakherat, itulah hakikat Islam yang kaffah.


Islam yang kaffah adalah orang yang senantiasa ta'at (dawamuth Thoo'ati) berdasarkan Al Qur'an dan hadist, sesuai dengan petunjuk rosululloh.


Alloh bersabda :




yaa ayyuhaalladziina aamanuu athii'uullaaha wa-athii'uu rrasuula waulii l-amri minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaallaahi warrasuuli in kuntum tu/minuuna bilaahi walyawmi l-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaa
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS An-Nisa' ayat 59 )
Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan kita yang sedang belajar dzikir, belajar mengamalkan amanah dari Guru. Wassalam




ILMU GALIHENG KANGKUNG 2


NGGOLEKI GALIHING KANGKUNG, SUSUHING ANGIN LAN TAPAKING KUNTUL NGLAYANG


Ada masa masa ketika manusia terjebak pada konotasi leksikal. Apa yang didengar diterjemahkan apa adanya, dan itu pun menurut  kehendak logika. Padahal sarang angin yang dimaksud oleh para guru spiritual adalah pusat pernapasan, sesuatu yang sudah ada dan menyatu di dalam diri kita


Angin dalam hal ini adalah disymbolkan dari roh. Maka mencari sarang angin adalah mencari tempat bersemayamnya angin / pusatnya angin berada di jantung kita. Tempat persemayaman roh hanya bisa digapai ketika kita mau masuk dan ‘slulup’ (menyelam) ke dalam roh kita sendiri, yaitu menutup lubang sembilan (Panca Indra) menjadi satu yang berpusat pada qolbu ruhani, bukan qolbu jasmani sehingga yg ada hanya rasa (dzauq) kita yang selalu berdzikir dan ingat Alloh tak mengenal waktu, kondisi, tempat itulah hakikat hidup kita.


Pusat pernapasan yang lebih banyak terlupakan dari pada diingat. Itulah yang diminta oleh para guru ruhani untuk ditemukan dan diisi dengan dzikir. Selanjutnya kita dituntut untuk menggunakan kecerdasan spiritual untuk mengolah setiap pesan dari Guru Mursyid, yang datang lewat qolbu kita yang telah dibersihkan dengan alat dzikir.


Bagaimana caranya? segera ambil talqin dzikir dari Wali Murysid, disinilah pangkal awalnya manusia mengetahui seluk beluk bangsa ruhani, ia akan bisa membedakan mana bangsa roh, hawa nafsu, angan-angan, keinginan atau bisikan-bisakan hati.


Kemungkinan ia akan dibimbing oleh Guru Mursyidnya secara ruhani sehingga ia mengetahui hakikat rohnya, ia tidak akan bingung dan was-was ketika berdzikir, ia akan mengetahui arah qiblatnya, ia akan mengetahui jalanya roh, nyawa dan rasa, ia akan mematuhi segala perintah dan melaksanakannya ketika didalam qolbunya mendapatkan limpahan karunia semisal berupa bisikan suara didalam qolbunya. Ia bisa membedakan mana-mana suara hawa nafsu dan mana suara ilahiyah.


Guru Mursyid-lah yang membimbing muridnya, tidak hanya lewat jasmani tetapi juga lewat ruhani. Biasanya Sang Guru Mursyid mengirim sinyal-sinyal pesan kedalam qolbu si murid. Bagi si murid yang selalu menjaga qolbu dari selain Alloh, maka sinyal-sinyal pesan itu akan diterima dengan begitu jelas dan tidak samar lagi. Jangan heran jika ada seorang Murid yang mengetahui sesuatu perkara yang besar, karena dia mendapatkan limpahan anugerah dari Guru Mursyidnya lewat qolbunya.


Dia akan mengetahui dan mengenali Gurunya walaupun Guru Ruhaninya telah berganti Busana . Tidak ada masalah wadahnya (busananya) itu siapa, tapi ia tahu isinya itu siapa? Beruntunglah seorang murid yang mengenali sinyal atau pesan yang dikirim oleh Gurunya. Semoga kita dibukakan dan diberi anugerah oleh Alloh lewat barokah dari Guru kita, sehingga kita dapat mengetahui pesan-pesan atau sinyal-sinyal dari Guru Kita.


3. NGGOLEKI TAPAKING KUNTUL NGLAYANG;  
Mencari jejak bangau yang sedang terbang, secara harafiah hal itu tidak mungkin bisa kita ketemukan. Telapak bangau itu ada pada bangau itu sendiri.Begitu juga mencari jejak Tuhan dan bukti-bukti keberadaaNya ada pada wakilnya atau kholifahnya.


Untuk itu kita harus mencari seorang Wali Mursyid karena beliau yang mengetahui dan memiliki jejak-jejak dan bukti-bukti tentang adanya Tuhan, sebab ia mempunyai  rantai silsilah emas atau wasilah yang langsung dari Rosululloh, malaikat jibril dan alloh SWT. 


Tanpa adanya seorang Wali Mursyid yang menunjukan adanya Alloh. Maka mencari jejak-jejak Tuhan, bukti-bukti akan Tuhan, hanya akan sampai pada kemustahilan untuk bisa memahami  keseluruhan akan Tuhan, karena jejak itu ada pada Tuhan sendiri yg terdapat pada kholifahnya.


Dalam Tiga Falsafah jawa diatas kita akan menemukan sebuah Hikmah di dalam enam (6) tempat, yaitu:
  1. Hikmah di dalam Rahasia (Sirr)
  2. Hikmah di dalam Nyata (Dunia)
  3. Hikmah di dalam Roh (nyawa)
  4. Hikmah di dalam nafsu (Jiwa)
  5. Hikmah di dalam Hati (tiga lubang jantung Qolbun, Syaghofun, Fu’adun)
  6. Hikmah di dalam Raga (Badan)
Orang yang belajar Thoriqoh, maka ia akan mendapatkan keenam hikmah tersebut melalui talqin dzikir dari seorang wali Mursyid. Dari sinilah ia akan mengetahui limpahan karunia Alloh didalam dirinya melalui alat yang ditanam oleh Sang Mursyid yang berupa CHIP ISMU DZAT. Chip ini ditanam didalam qolbu sang Murid didalam 3 lubang jantung :


1. Lubang Jantung Pertama (Qolbun)
Sesuai dengan isyarah Surat Ali-imron ayat 167:


waliya'lamalladziina naafaquu waqiila lahum ta'aalaw qaatiluu fii sabiilillaahi awi idfa'uu qaaluu law na'lamu qitaalan lattaba'naakum hum lilkufri yawma-idzin aqrabu minhum lil-iimaani yaquuluuna bi-afwaahihim maa laysa fii quluubihim walaahu a'lamu bimaa yaktumuun


Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. ( QS.Ali-Imron ayat 167 )


Didalam ayat ini menyebutkan kata " Yaquuluuna bi afwaahihim maa laisa fii quluubihim " ( mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya ). ini dapat kita simpulkan bahwa perkataan yang keluar dari mulut kita, belum tentu  berdasarkan perkataan yang keluar dari quluub.
Syech Ahmad Misbahul Munir Muslim berpendapat: kata Quluub ialah sighot Jama' taksir yang Mufrodnya adalah kata Qolbun, sedangkan kata Qolbun mempunyai makna yang di isyarahkan ayat berikut:




man khasyiya rrahmaana bilghaybi wajaa-a biqalbin muniib


(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, ( QS Qoof ayat 33 )
Dengan dasar ayat inilah adanya penanaman CHIP ISMU DZAT oleh seorang Mursyid. Disebabkan qolbun itulah yang bisa bertaubat kepada Alloh SWT dan taubat itu sendiri harus mengacu pada 4 rukun yaitu:
1. Merasa menyesal telah melakukan maksiat
2. Berani berhenti total dari pekerjaan maksiat
3. Tidak akan kembali lagi pada pekerjaan kemaksiatan
4. Mengembalikan hak Alloh dan hak Adami
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kata Qolbun sebagai locus (tempat) ajaran Islam, yang memerlukan syiar melalui statemen lisan, dengan terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai saksi secara lisan bahwa tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah Rosululloh.
karena itulah penanaman CHIP ISMU DZAT pada lubang Jantung yang pertama ( QOLBUN ) oleh seorang Mursyid melalui Talqin Dzikir itu dilakukan,  sebab Lubang Jantung Pertama (QOLBUN) adalah sebagai tempat huruf dan asal keluarnya suara, baik suara QULUUB yang diperagakan melalui isyarat-isyarat, maupun suara mulut yang jelas atau tidak jelas.
Menurut Ilmu Medis disebut ARTERY CARO TID (Sepasang saluran darah VERTEBRATA yang berasal dari bagian lengkung AORTA, yang mensuplai darah beroksigen ke kepala) Lihat kamus Biologi As'ad Sungguh  halaman 40.

Serta ARTERY SUBCLAVIAN ( Saluran darah yang mensuplai darah beroksigen ke anggota atas manusia, saluran darah ini bercabang dari AORTA, berdekatan dengan ARTERY CAROTID ) Lihat kamus lengkap Biologi As'ad sungguh halaman 40.

Dan inilah yang diisyaratkan hadist berikut:
" Barang yang halal adalah sangat jelas, barang yang harampun sangat jelas, diantara keduannya ialah masalah-masalah syubhat (samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui tentangnya, kemudian barangsiapa takut Syubhat, maka ia selamat bagi kehormatan dan agamannya, dan barangsiapa terjerumus didalam Syubhat itu, maka ia pun terjerumus didalam barang yang haram, seperti pengembala yang mengembalakan hewan didaerah terlarang adalah nyaris terjerumus kedalamnya, Ingatla ! Sesungguhnya bagi setiap raja mempunyai daerah terlarang, dan daerah terlarang bagi Alloh Ta'ala dibumiNya, adalah barang-barang yang diharamkan oleh-Nya, Ingatlah ! Sesungguhnya didalam jasad  ada segumpal darah, yang apabila segumpal darah itu baik, maka seluruh tubuh menjadi baik, dan apabila segumpal darah tersebut rusak, maka seluruh tubuhpun menjadi rusak, dan ingatlah segumpal darah itulah yang disebut QOLB " ( HR. Al-Bukhori. At-Tarmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari An-Nu'man bin Basyir, sohih)  lihat Kitab Al-jami'ush shoghir halaman 153 juz awal


2. Lubang Jantung Kedua ( SYAGHOF )
Menurut Syech Ahmad Misbakhul Munir Muslim Kata syaghof dimabil dari isyarah fi'il madhinya yaitu tertera pada ayat berikut:





waqaala niswatun fii lmadiinati imra-atu l'aziizi turaawidu fataahaa 'an nafsihi qad syaghafahaa hubban innaa lanaraahaa fii dhalaalin mubiin


Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata." ( QS. Yusuf ayat 30 )
Istilah ini adalah tepatnya sebagai Locus (tempat) Kehidupan manusia, yang eksistensinya ialah jantung. Jadi didalam ayat ini membicarakan tentang cinta yang sangat mendalam dengan kata QOD SYAGHOFAHAA KHUBBAHAA ( Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam ) lebih dominan kepada gerak nafsu (Jiwa), yang dipenuhi dengan keinginan-keinginan.


Dengan dasar inilah para Guru Mursyid menanamkan CHIP ISMU DZAT didalam lubang jantung yang kedua ( SYAGHOF ), Yaitu lubang yang untuk keluar masuknya pernapasan, dan didalam istilah medis disebut ARTERY PULMONARY ( sepasang saluran darah yang bercabang keluar dari lengkung AORTA, saluran darah ini mengalirkan darah yang tak beroksigen dari VENTRIKEL (denyut jantung) kanan ke paru-paru ) Lihat kamus lengkap Biologi As'ad Sungguh halaman 40.


Selama para makhluk termasuk manusia masih keluar masuk melalui lubang jantung kedua (syaghof), mereka pasti mempunyai keinginan-keinginan baik yang positif maupun negatif. Jika lubang jantung kedua ini tidak ditanam CHIP ISMU DZAT, maka kita tidak bisa mengontrol dan membedakan mana nafsu positif dan mana nafsu negatif, beruntunglah bila kita sudah mengambil talqin dzikir dari seorang Wali Mursyid.


3. Lubang Jantung Ketiga (FU'AD)
Didalam surat An-Nahl ayat 78 mengandung Isyarah Lubang Jantung Ketiga (FU'AD) yaitu:


walaahu akhrajakum min buthuuni ummahaatikum laa ta'lamuuna syay-an waja'ala lakumu ssam'a wal-abshaara wal-af-idata la'allakum tasykuruun
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendenganran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl ayat 78)
Didalam ayat ini disebutkan kata ASSAM'A (pendegaran), AL-ABSHOORO (penglihatan) dan AF-IDATA (hati), ialah menunjukan bahwa tiga alat vital ini sangatlah menentukan pada kehidupan manusia, sebab melalui tiga alat vital ini (assam'a, abshoro dan Af''idah) ia bisa menerima ilmu, baik ilmu Nadhory (ilmu yang sulit) maupun ilmu Dhorury (Ilmu yang mudah).
Namun kalau kita cermati ayat ini, niscaya kita akan dapat menyimpulkan bahwa yang lebih sangat menentukan adalah AF'IDAH. Karena kata Af'idah berbentuk jamak Taksir dari kata FU'ADU. Sementara kata Fu'ad itu mempunyai makna seperti yang ditegaskan ayat sebagai berikut:
maa kadzaba lfu-aadu maa raaa
Artinya : 
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (QS. An-Najmi ayat 11)
Didalam istilah medis lubang Jantung Ketiga (AL-FU'AD) disebut ARTERY HEPATIC (cabang arteri yang mensuplai darah ke hati, perut, pangkreas, empedu dan omentum utama) Lihat kamus lengkap Biologi AS'AD Sungguh halaman 40.
Kenapa kata Fu'ad nmenjadi tempat keyakinan ? alasanya adalah sebelum kata Al-Fu'ad tersebut didahului  dengan kata maa kadzaba (betul-betul tidak bohong). Sementara  kata Kadzaba menurut ahli shorof disebut fi'il madhi. Dan Fi'il Madhi menurut Pakar Balaghoh (sastra) adalah mempunyai faidah Tahaqquqil Wuqu' (pasti terjadi) yang istilah lain dari kata pasti ialah YAQIN. misal : satu ditambah satu pasti ada dua atau yaqin ada dua.


Dan perlu kita ketahui bahwa istilah FU'AD, AF'IDAH, QOLB, QOLBAINI, QULUUB dan kata SYAGHOF dari isyrah fi'il madhinya, yang semua kata tersebut secara umum diartikan HATI (Angka dibalik surah al fatihah : Assyech Ahmad Misbahul munir Muslim)


Inilah suatu rahasia yang terbesar kenapa kita harus mengambil Talqin Dzikir dari seorang Wali Mursyid, sebab tanpa penanaman CHIP ISMU DZAT tersebut oleh Wali Mursyid, maka yang akan mentalqin adalah Syaithon. Ayo mulai dari sekarang ambil talqin dzikir dari Wali Mursyid....Semoga kita semua mendapatkan Rahmat Alloh melalui wasilah Seorang Wali Mursyid.


Tiga Tempat penanaman MODEL CHIP ISMU DZAT yang ditanam oleh seorang Wali Mursyid didalam qolbu Muridnya


1. Lubang yang menjadi tempat huruf ( Ismu Dzat )
2. Lubang yang menjadi tempat nafsu (nafsu positif dan nafsu negatif)
3. Lubang yang menjadi tempat At-Tauhid ( meng-Esakan )

Guru Mursyid ku

GURU MURSYIDKU

MEMILIH SEORANG MURSYID
" Lawlaa murobbi maa 'araftu robbi " ( Tanpa Guruku, aku takkan mengenal Tuhanku )

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, “Janganlah berguru pada seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.

Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.

Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.

Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:

1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.

Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.
Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.

Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1) Himmah yang tinggi,
2) Menjaga kehormatan,
3) Bakti yang baik,
4) Melaksanakan prinsip utama; dan
5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.

Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.

Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah”.
 
Mursyid Kamil Mukammil


Oleh: KH. Wahid Zuhdi
(pengasuh Ponpes al-Ma’ruf, Bandungsari, Ngaringan, Grobogan, Jateng; juga sebagai wakil Syuriyah NU wilayah Jateng dan sebagai anggota lajnah tashhih NU Pusat dan di persatuan thariqat se-Indonesia)
Mursyid kamil mukammil adalah seorang mursyid yang sudah sempurna dalam wushulnya kepada Allah dan dapat menyempurnakan muridnya untuk juga wushul kepada Allah. Mursyid kamil mukammil pastilah seorang waliyullah, tetapi sebaliknya, seorang waliyullah belum tentu seorang mursyid. Karena seoarang mursyid mempunyai otoritas mematrikan/menghunjamkan dzikir ke dalam qolbu seorang murid untuk mensucikan qolbunya dan sebagai biji iman yang siap dicangkul, dipupuk, dirawat, disirami sampai tumbuh dan berkembang yang akhirnya akan berbuah manisnya iman.
Dengan biji iman yang ditanamkan ke dalam qolbu yang telah disucikan oleh mursyid kamil mukammil dan diiringi dengan ketekunan, keistiqomahan seorang murid dalam menjalankan petunjuk mursyid, insya Allah akan terjadi perubahan secara simultan dalam diri seorang murid menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu bebas dari segala belenggu penghambaan/perbudakan kepada dan terhadap apapun kecuali hanya kepada ALLAH.
Mursyid akan senantiasa mendoakan, membimbing, mengingatkan, mengarahkan, menata perjalan murid menuju Allah yang sungguh sangat banyak tipu dayanya.
Wali Mursyid Itu Perlu
Seorang saudaraku bertanya:
APAKAH ADA PERADABAN YG LEBIH BAIK DARI ISLAM? TIDAK!!
Hmm..kadang aku berpikir, apa kunci Rasulullah hingga mampu membangun satu peradaban baru hanya dalam waktu 23 tahun...?
Barangkali kuncinya seperti tergambar dalam surat al-Jum'ah / 67:2. Beliau menjalankan tiga tugas utama:
1. Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang tentang adanya petunjuk 'langit', dan meyakinkan mereka tentang kebanaran ayat-ayat 'langit' itu.
2. Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terpahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak yang memotivasi orang untuk mengamalkannya.
3. Taklim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga tujuan dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah).
Sekarang ini fungsi tilawah telah banyak tergantikan oleh berbagai media. Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, dikasetkan, di-CD/ VCD-kan, didigitalkan. Orang dapat mengaksesnya secara langsung. Untuk membacanya pun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat.
Fungsi taklim masih berjalan terus, bahkan makin banyak ustadz yang memimpin majlis-majlis taklim, baik langsung maupun menggunakan fasilitas distance learning melalui radio/tv dan internet.
Yang jadi masalah adalah fungsi tazkiyah. Rasulullah s.a.w. mentazkiyah jiwa para sahabat sebelum mentaklim mereka. Jiwa para sahabat sudah tersucikan lebih dulu sebelum mendapatkan taklim. Tapi siapa yang mentazkiyah diri kita saat ini? Untuk tilawah kita dapat menggunakan berbagai multi media ayat yang banyak tersebar dengan harga murah. Untuk taklim kita dapat mendatangi majlis taklim, halaqah, liqa', dan mabit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Tapi semua itu kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami tazkiyah lebih dulu.
Adakah para ustadz/kyai itu dapat mentazkiyah jiwa kita. Apakah para murabbi kita juga sudah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita? Kadang kita katakan, tak perlu tazkiyah secara formal, lakukan saja ibadah-ibadah yang ada dengan ikhlas dan tekun, nanti jiwa akan tertazkiyah sendiri. Betulkah? Bagaimana kita dapat ikhlas kalau belum tazkiyah. Bagaimana akan termotivasi dan tekun beribadah kalau masih banyak kototan jiwa? Jadi berputar-putar dong, untuk tazkiyah perlu ibadah, tapi untuk ikhlas dan tekun ibadah diperlukan tazkiyah lebih dulu...
Kita katakan tak perlu ada tazkiyah secara formal, juga tak perlu ada orang yang mentazkiyah kita, karena kita memang belum mengetahui pentingnya dua hal itu. Rasulullah s.a.w. mendapatkan tilawah, tazkiyah, dan taklim dari malaikat Jibril. Para sahabat mendapatkannya dari Rasul s.a.w. Para tabi'in dari para sahabat... begitu seterusnya. Tapi lagi-lagi, siapa yang mentazkiyah kita saat ini? Kadang kita terlalu arogan dengan mengatakan tak perlu tazkiyah dan orang yang mentazkiyah, karena hubungan kita dengan Allh SWT bersifat langsung dan individual, tak memerlukan perantara. Tapi betulkah kita, dengan segala kekotoran kita dapat terhubung langsung dengan Allah? Bukankah Rasulullah s.a.w. sebelum mikraj pun ditazkiyah dulu qalbunya oleh Jibril?
Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Seraplah cahaya ilahiah melalui salurannya. Mursyid itu perlu... Kita gak kan pandai tanpa guru (bukankah dikatakan, siapa yang belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan...).
Jiwa tak kan terbersihkan tanpa ada yang men-tazkiyah-nya.
Tentu jangan sembarang orang kita jadikan mursyid. Bagaimana ia akan men-tazkiyah diri kita kalau dia pun belum tersucikan jiwanya. Carilah mursyid yang berkualifikasi wali. Bukan wali murid, atau wali nikah, tapi wali Allah... Tapi bagaimana kita mengetahui seseorang itu wali Allah, jangan-jangan kita malah terjebak oleh pengkultusan yang menyesatkan?
Eksistensi Seorang Mursyid
Dalam setiap aktivitas rintangan itu akan selalu ada. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan syetan tidak lain hanya untuk menggoda dan menghalangi setiap aktivitas manusia. Tidak hanya terhadap aktivitas yang mengarah kepada kebaikan, bahkan terhadap aktivitas yang sudah jelas mengarah menuju kejahatan pun, syetan masih juga ingin lebih menyesatkan.
Pada dasarnya kita diciptakan oleh Tuhan hanya untuk beribadah dan mencari ridla dari-Nya. Karena itu kita harus berusaha untuk berjalan sesuai dengan kehendak atau syari’at yang telah ditentukan. Hanya saja keberadaan syetan yang selalu memusuhi kita, membuat pengertian dan pelaksanaan kita terkadang tidak sesuai dengan kebenaran.
Dengan demikian, kebutuhan kita untuk mencari seorang pembimbing merupakan hal yang essensial. Karena dengan bimbingan orang tersebut, kita harapkan akan bisa menetralisir setiap perbuatan yang mengarah kepada kesesatan sehingga bisa mengantar kita pada tujuan.
Thariqah
Thariqah adalah jalan. Maksudnya, salah satu jalan menuju ridla Allah atau salah satu jalan menuju wushul (sampai pada Tuhan). Dalam istilah lain orang sering juga menyebutnya dengan ilmu haqiqat. Jadi, thariqah merupakan sebuah aliran ajaran dalam pendekatan terhadap Tuhan. Rutinitas yang ditekankan dalam ajaran ini adalah memperbanyak dzikir terhadap Allah.
Dalam thariqat, kebanyakan orang yang terjun ke sana adalah orang-orang yang bisa dibilang sudah mencapai usia tua. Itu dikarenakan tuntutan atau pelajaran yang disampaikan adalah pengetahuan pokok atau inti yang berkaitan langsung dengan Tuhan dan aktifitas hati yang tidak banyak membutuhkan pengembangan analisa. Hal ini sesuai dengan keadaan seorang yang sudah berusia tua yang biasanya kurang ada respon dalam pengembangan analisa. Meskipun demikian, tidak berarti thariqah hanya boleh dijalankan oleh orang-orang tua saja.
Lewat thariqah ini orang berharap bisa selalu mendapat ridla dari Allah, atau bahkan bisa sampai derajat wushul. Meskipun sebenarnya thariqah bukanlah jalan satu-satunya.
Wushul
Wushul adalah derajat tertinggi atau tujuan utama dalam ber-thariqah. Untuk mencapai derajat wushul (sampai pada Tuhan), orang bisa mencoba lewat bermacam-macam jalan. Jadi, orang bisa sampai ke derajat tersebut tidak hanya lewat satu jalan. Hanya saja kebanyakan orang menganggap thariqah adalah satu-satunya jalan atau bahkan jalan pintas menuju wushul.
Seperti halnya thariqah, ibadah lain juga bisa mengantar sampai ke derajat wushul. Ada dua ibadah yang syetan sangat sungguh-sungguh dalam usaha menggagalkan atau menggoda, yaitu shalat dan dzikir. Hal ini dikarenakan shalat dan dzikir merupakan dua ibadah yang besar kemungkinannya bisa diharapkan akan membawa keselamatan atau bahkan mencapai derajat wushul. Sehingga didalam shalat dan dzikir orang akan merasakan kesulitan untuk dapat selalu mengingat Tuhan.
Dalam sebuah cerita, Imam Hanafi didatangi seorang yang sedang kehilangan barang. Oleh Imam Hanafi orang tersebut disuruh shalat sepanjang malam sehingga akan menemukan barangnya. Namun ketika baru setengah malam menjalankan shalat, syetan mengingatkan/mengembalikan barangnya yang hilang sambil membisikkan agar tidak melanjutkan shalatnya. Namun oleh Imam Hanafi orang tersebut tetap disuruh untuk melanjutkan shalatnya.
Seperti halnya shalat, dzikir adalah salah satu ibadah yang untuk mencapai hasil maksimal harus melewati jalur yang penuh godaan syetan. Dzikir dalam ilmu haqiqat atau thariqat, adalah mengingat atau menghadirkan Tuhan dalam hati. Sementara Tuhan adalah dzat yang tidak bisa diindera dan juga tiak ada yang menyerupai. Sehingga tidak boleh bagi kita untuk membayangkan keberadaan Tuhan dengan disamakan sesuatu. Maka dalam hal ini besar kemungkinan kita terpengaruh dan tergoda oleh syetan, mengingat kita adalah orang yang awam dalam bidang ini (ilmu haqiqat) dan masih jauh dari standar.
Karena itu, untuk selalu bisa berjalan sesuai ajaran agama, menjaga kebenaran maupun terhindar dari kesalahan pengertian, kita harus mempunyai seorang guru. Karena tanpa seorang guru, syetanlah yang akan membimbing kita. Yang paling dikhawatirkan adalah kesalahan yang berdampak pada aqidah.
Mursyid
Mursyid adalah seorang guru pembimbing dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat. Mengingat pembahasan dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat adalah tentang Tuhan yang merupakan dzat yang tidak bisa diindera, dan rutinitas thariqah adalah dzikir yang sangat dibenci syetan. Maka untuk menjaga kebenaran, kita perlu bimbingan seorang mursyid untuk mengarahkannya. Sebab penerapan Asma’ Allah atau pelaksanaan dzikir yang tidak sesuai bisa membahayakan secara ruhani maupun mental, baik terhadap pribadi yang bersangkutan maupun terhadap masyarakat sekitar. Bahkan bisa dikhawatirkan salah dalam beraqidah.
Seorang mursyid inilah yang akan membimbing kita untuk mengarahkannya pada bentuk pelaksanaan yang benar. Hanya saja bentuk ajaran dari masing-masing mursyid yang disampaikan pada kita berbeda-beda, tergantung aliran thariqah-nya. Namun pada dasarnya pelajaran dan tujuan yang diajarkannya adalah sama, yaitu al-wushul ila-Allah.
Melihat begitu pentingnya peranan mursyid, maka tidak diragukan lagi tinggi derajat maupun kemampuan dan pengetahuan yang telah dicapai oleh mursyid tersebut. Karena ketika seorang mursyid memberi jalan keluar kepada muridnya dalam menghadapi kemungkinan godaan syetan, berarti beliau telah lolos dari perangkap syetan. Dan ketika beliau membina muridnya untuk mencapai derajat wushul, berarti beliau telah mencapai derajat tersebut. Paling tidak, seorang mursyid adalah orang yang tidak diragukan lagi kemampuan maupuan pengetahuannya.
Urgensi Mursyid Dalam Tarekat
Allah Swt. berfirman:
“Barangsiapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalah hidupnya) seorang wali yang mursyid” (Al-Qur’an).
Dalam tradisi tasawuf, peran seorang Mursyid (pembimbing atau guru ruhani) merupakan syarat mutlak untuk mencapai tahapan-tahapan puncak spiritual. Eksistensi dan fungsi Mursyid atau wilayah kemursyidan ini ditolak oleh sebagaian mereka yang memahami tasawuf dengan cara-cara individual. Mereka merasa mampu menembus jalan ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid.
Pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka. Tetapi dalam praktek sufisme, bisa dipastikan, bahwa mereka hanya meraih kegagalan spiritual. Bukti-bukti historis akan kegagalan spoiritual tersebut telah dibuktikan oleh para ulama sendiri yang mencoba menempuh jalan sufi tanpa menggunakan bimbingan Mursyid. Para ulama besar sufi, yang semula menolak tasawuf, seperti Ibnu Athaillah as-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzuddin Ibnu Abdis Salam, Syeikh Abdul Wahab asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali akhirnya harus menyerah pada pengembaraannya sendiri, bahwa dalam proses menuju kepada Allah tetap membutuhkan seorang Mursyid.
Masing-masing ulama besar tersebut memberikan kesaksian, bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya, tidak akan mampu menempuh jalan sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syekh atau Mursyid. Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apa pun, hanyalah “dunia ilmu”, yang hakikatnya lahir dari amaliah. Sementara, yang diserap dari ilmu adalah produk dari amaliah ulama yang telah dibukakan jalan ma’rifat itu sendiri.
Jalan ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh begitu saja dengan mengandalkan pengetahuan akal rasional, kecuali hanya akan meraih Ilmul Yaqin belaka, belum sampai pada tahap Haqqul Yaqin. Alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah (wushul) tanpa bimbingan seorang Mursyid, wushul-nya bisa dikategorikan sebagai wushul yang penuh dengan tipudaya. Sebab, dalam alam metafisika sufisme, mereka yang menempuh jalan sufi tanpa bimbingan ruhani seorang Mursyid, tidak akan mampu membedakan mana hawathif-hawathif (bisikan-bisikan lembut) yang datang dari Allah, dari malaikat atau dari syetan dan bahkan dari jin. Di sinilah jebakan-jebakan dan tipudaya penempuh jalan sufi muncul. Oleh sebab itu ada kalam sufi yang sangat terkenal: “Barangsiapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang guru, maka gurunya adalah syetan”.
Oleh sebab itu, seorang ulama sendiri, tetap membutuhkan seorang pembimbing ruhani, walaupun secara lahiriah pengetahuan yang dimiliki oleh sang ulama tadi lebih tinggi dibanding sang Mursyid. Tetapi, tentu saja, dalam soal-soal Ketuhanan, soal-soal bathiniyah, sang ulama tentu tidak menguasainya.
Sebagaimana ayat al-Qur’an di atas, seorang Syekh atau Mursyid Sufi, mesti memiliki prasyarat yang tidak ringan. Dari konteks ayat di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan bimbingan ruhani bagi mereka yang menempuh jalan sufi, seorang pembimbing ruhani mesti memiliki predikat seorang yang wali, dan seorang yang Mursyid. Dengan kata lain, seorang Mursyid yang bisa diandalkan adalah seorang Mursyid yang Kamil Mukammil, yaitu seorang yang telah mencapai keparipurnaan ma’rifatullah sebagai Insan yang Kamil, sekaligus bisa memberikan bimbingan jalan keparipurnaan bagi para pengikut thariqatnya.
Tentu saja, untuk mencari model manusia paripurna setelah wafatnya Rasulullah saw. terutama hari ini, sangatlah sulit. Sebab ukuran-ukuran atau standarnya bukan lagi dengan menggunakan standar rasional-intelektual, atau standar-standar empirisme, seperti kemasyhuran, kehebatan-kehebatan atau pengetahuan-pengetahuan ensiklopedis misalnya. Bukan demikian. Tetapi, adalah penguasaan wilayah spiritual yang sangat luhur, dimana, logika-logikanya, hanya bisa dicapai dengan mukasyafah kalbu atau akal hati.
Karenanya, pada zaman ini, tidak jarang Mursyid Tarekat yang bermunculan, dengan mudah untuk menarik simpati massa, tetapi hakikatnya tidak memiliki standar sebagai seorang Mursyid yang wali sebagaimana di atas. Sehingga saat ini banyak Mursyid yang tidak memiliki derajat kewalian, lalu menyebarkan ajaran tarekatnya. Dalam banyak hal, akhirnya, proses tarekatnya banyak mengalami kendala yang luar biasa, dan akhirnya banyak yang berhenti di tengah jalan persimpangan.
Lalu siapakah Wali itu? Wali adalah kekasih Allah Swt. Mereka adalah para kekasih Allah yang senanatiasa total dalam taat ubudiyahnya, dan tidak berkubang dalam kemaksiatan. Dalam al-Qur’an disebutkan:
“Ingatlah, bahwa wali-wali Allah itu tidak pernah takut, juga tidak pernah susah.”
Sebagian tanda dari kewalian adalah tidak adanya rasa takut sedikit pun yang terpancar dalam dirinya, tetapi juga tidak sedikit pun merasa gelisah atau susah. Para Wali ini pun memiliki hirarki spiritual yang cukup banyak, sesuai dengan tahap atau maqam dimana mereka ditempatkan dalam Wilayah Ilahi di sana. Paduan antara kewalian dan kemursyidan inilah yang menjadi prasyarat bagi munculnya seorang Mursyid yang Kamil dan Mukammil di atas.
Dalam kitab Al-Mafaakhirul ‘Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Ayyad, ditegaskan, -- dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya’ Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra, -- bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak – minimal –ada lima:
1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.
Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:
1. Bodoh terhadap ajaran agama.
2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhal buruk tanpa peduli dengan perilakunya.
Syekh Abu Madyan – ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di bawah ini, maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:
1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
2. Mempermainkan taat kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.
Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, “Siapa yang menunjukkan dirimu kepada dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia pasti menjadi penasehatmu.”
Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, “Janganlah berguru pada seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah”.
Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak memberikan beban berat kepada para muridnya.
Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak para guru sufi yang tidak mengetahui kadar batin para muridnya, tidak pula mengetahui masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.
Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum, mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip thariqat itu sendiri:
1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.
Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.
Perwujudan atas Ittiba’ sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui sikap qana’ah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan bencana.
Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1) Himmah yang tinggi,
2) Menjaga kehormatan,
3) Bakti yang baik,
4) Melaksanakan prinsip utama; dan
5) Mengagungkan nikmat Allah Swt.
Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.
Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as, yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat Khidir dalam soal batiniyah.
Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani, (W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid dengan Mursyid tersebut, dalam “Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Ma’rifati Qawa’idus Shufiyah”.
 
Ada sebagian Masyaikh yang menetapkan sebelas tingkatan dalam perjalananTasawwuf seperti berikut:

1. Muwafiqat
Murid mula memusuhi segala musuh Allah iaitu Syaitan, Dunia,Hawa dan Nafsu. Dirinya mula mengasihi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

2. Mail
Murid mula cenderung terhadap Allah dan melenyapkan segalasesuatu selain Allah pada permukaan hatinya.

3. Muwanisat
Murid mula meninggalkan segala sesuatu dan mula mencari AllahSubhanahu Wa Ta’ala.

4. Mawaddat
Murid menyibukkan dirinya dengan penyerahan, tangisan, cinta danpengharapan di dalam hatinya.

5. Hawa
Murid memelihara hatinya dengan penuh kesungguhan denganbermujahadah meninggalkan perkara dosa dan hatinya menjadi lembut.

6. Khullat
Murid menjadikan seluruh anggotanya dalam ketaatan mengingatiAllah Ta’ala dan melenyapkan segala ingatannya terhadap yang lain.

7. Ulfat
Murid mula mengenepikan dirinya dari segala sifat-sifat yang terceladan menggantikannya dengan sifat-sifat yang mulia.

8. Syaghaf
Murid dengan kesungguhan yang ada dalam dirinya telah berupayamenyingkap tabir hijab dan menganggap bahawa membongkarkan rahsia cintanyaterhadap Allah Ta’ala sebagai suatu perkara yang boleh menimbulkan Syirik, lalumereka memelihara segala rahsia tersebut dengan penguasaan Wajd yaknipenerimaan penghasilan segala faedah yang bersifat Batin.

9. Taym
Murid menjadikan dirinya sebagai hamba cinta dan menggabungkandirinya dalam Tajrid dan Tafrid. Tajrid bererti mengasingkan diri dari khalayak,manakala Tafrid bererti berkhalwat dalam diri.

10. Walsh
Murid memelihara cermin hatinya di hadapan keagungan AllahSubhanahu Wa Ta’ala dan menjadi mabuk cinta denganNya.

11. ‘Ishiq
Murid sentiasa menyibukkan lidahnya dengan Zikirullah, hatinyadengan memikiri tentang Allah Ta’ala dan Ruhnya menikmati Musyahadah melihattanda-tanda Kebesaran Allah Ta’ala sehingga dia merasakan dirinya senri tidakwujud
 
 
 ENGKAULAH GURU RUHANIKU
 
Dulu, aku hanyalah seorang anak muda putus yang nakal, kemudian aku datang kepadamu menyerahkan diri untuk dibimbing menjadi orang yang berguna. Datang dengan niat untuk mengobati luka hati yang tercampakkan oleh dunia yang kejam. 
Masih aku ingat malam itu, Engkau wahai Guruku membentakku dengan keras karena aku tidak setuju dengan Tarekat karena bagiku Tarekat itu sebuah kata yang tabu, sebuah aliran yang penuh bid’ah dan kesesatan. Hampir saja Engkau mengusirku dan syukur sekali malam itu aku bertahan dan tidak keluar dari Suraumu. 
Mengingat kenangan itu, aku ingin selalu menangis, air mataku mengalir tanpa bisa tertahan, syukur kepada Tuhan yang Maha Pemurah telah memperkenalkan dirimu wahai Guruku, kekasih Allah dimuka bumi. Sungguh, andai malam itu aku merajuk dan keluar dari suraumu, saat ini aku tidak tahu menjadi apa. Menjadi hamba setan dan Yang pasti aku menjadi orang yang menyembah Tuhan tanpa pernah kenal dengan Tuhan yang disembah. Seperti sindiranmu kepadaku, “menyembah tuhan kira-kira”.

Aku datang kepadamu, wahai Guruku, dengan kubangan dosa dan masih tersisa lumpur-lumpur kenistaan. Aku tahu jubahmu terpecik oleh kenistaanku dan yang membuat aku selalu menangis karena Engkau berkenan menerima diri hina ini. 
Menerima manusia yang sakit jasmani dan rohani. Ampuni aku Wahai Guruku, karena malam itu aku berbohong padamu. Karena ketika engkau bertanya, “apakah niat kamu menempuh jalan ini karena Allah?”. Aku jawab, “Iya”, padahal jujur wahai Guru, niat aku malam itu hanya untuk berobat saja. Maka aku bisa menerima bentakanmu karena niatku memang tidak tulus.

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, yang telah memperkenalkan dirimu Wahai Guruku, karena kemudian setelah Allah berkenan membukakan hijabnya, ternyata aku baru sadar bahwa engkau adalah Guru Sejati, Wali Qutub, pemimpin para Wali dan cuma ada satu orang disetiap zaman. 
Sungguh syukur yang tidak terhingga karena engkau yang sungguh teramat mulia berkenan menerima aku sebagai muridmu. Maka disetiap langkah hidup ini, ketika ada yang menanyakan kepadaku apa kebahagiaan dan kemulyaan paling tinggi didunia ini? Tanpa ragu aku jawab, “kebahagiaan dan kemulyaan tertinggi bagiku adalah diterima menjadi murid wali, diterima menjadi muridmu wahai guruku”.

Wahai Guruku teramat mulia, sungguh dirimu adalah kekasih yang disembunyikan Allah sehingga manusia akan terhijab oleh kesederhanaanmu. Manusia pastilah mencari Guru yang jenggotnya panjang, jubahnya meriah sampai ke tanah dan surbannya tebal serta bahasa Arabnya lebih fasih dari orang Arab. Orang pasti mencari kekasih Allah dalam wujud orang yang suka pamer ilmu dan pamer ayat bahkan tanpa sadar menjual ayat-ayat Tuhan.


Engkau wahai Guruku, benar-benar sosok yang selalu menjaga kesucian jiwa, tidak ingin disanjung dan dihormati oleh manusia. Engkau hadir ditengah-tengah manusia layaknya mereka sehingga kami selalu merasa damai bersamamu. Engkau benar-benar sosok yang kami kenal, bukan sosok suci yang menjauh dari kehidupan duniawi.


Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Rasulullah SAW, junjungan alam, yang dalam dirinya tersempunyi Nur Allah yang lewat Beliau para sahabatnya bisa berhubungan dengan Allah SWT. Dalam dirimu aku temukan getaran itu. Getaran yang membuat roh ini melayang sampai kehadirat Allah SWT.


Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Imam Para Sufi, Saidina Abu Bakar As-Shiddiq yang sangat dermawan yang seluruh harta dan hidupnya diserahkan untuk kejayaan Islam. Dirimu wahai Guruku mengabdi 50 tahun kepada jalan kebenaran ini tanpa memperdulikan harta bahkan selama puluhan tahun engkau tidak mempunyai tempat tinggal sama sekali sampai engkau menjadi Guru Sejati.


Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada kemegahan Islam, Saidina Umar bin Khattab yang gagah berani mempertahankan agama Islam. Dalam dirimu aku temukan keberanian Umar, yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan putus asa.


Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Sang Corong Ilmu, Saidina Ali bin Abi Thalib Karamalluhu wajhah. Setiap kata yang kau ucapkan penuh makna dan sarat dengan hakikat ketuhanan. Belum pernah engkau tidak bisa menjawab pertanyaanku bahkan sebelum aku bertanyapun telah engkau jawab.


Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Syekh Abu Yazid Al-Bisthami yang sempurna wahdatul wujudnya dan setiap ucapannya bisa membuat orang awam geram dan menuduh sesat. Dalam dirimu aku temukan sosok Abu Yazid, karena setiap ucapanmu tidak lain keluar dari mulutmu yang telah menyatu dengan Allah SWT.


Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan kisah Syekh Amir Kulal yang masa mudanya gagah berani, tidak pernah kalah dalam bermain gulat sampai bertemu dengan Syekh Muhammad Baba Samasi. Engkaupun di masa mudamu gagah perkasa tak tertandingi.


Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada Syekh Bahauddin Naqsyabandi yang selalu disalahkan oleh teman-teman seperguruan dan dijauhkan dari pergaulan sampai Guru Beliau menganjurkan Bahauddin muda untuk keluar dari tempat wiridnya untuk menyenangkan hati khalifah-khalifah yang lain. Dirimu wahai Guruku yang selalu menjunjung amanah Guru sehingga membuat orang lain iri dan benci kepadamu.


Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Maulana Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi, akan keteguhan hati dalam berdakwah tanpa peduli sakit dan terus semangat. Dalam dirimu aku temukan itu Guruku, karena dalam sakitpun engkau tetap membesarkan nama Tuhan.


Engkau wahai Guruku Syech Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin yg suci hatinya, junjunganku, pujaan hatiku, dalam dirimu bersemayam Nur Muhammad karena itu namamu menjadi Muhammad pula,


Engkau wahai Guruku adalah MUHAMMAD yang selalu pandai Ber-SYUKUR…Al Fatihah
 
RASA

Rasa adalah anugerah Yang Maha Agung dari Guru Agung, beliaulah pemilik Rasa itu (Mursyid), Rasa yang mendorong manusia kedalam keadaan yang sesungguhnya dari tiada ke ada, dari sifat ADAM (tiada) kesifat Nur Muhammad (Mursyid), beliaulah (Mursyid) yang membolak balikan rasa ruhaniyah muridnya menuju nur muhammad yang hakiki...rohman rohimullooh yg terpancar dalam pantulan guru kita tercinta, bersihkan wadah itu, untuk menerima limpahan yg Agung

Istiqomah rasa dalam robithoh adalah kewajiban yg mengaku muridnya. Karena didalam Istiqomah Rasa itulah mengandung kecintaan, yg disertai rasa kasih sayang yg mendalam dalam kehidupan yang fana ini, leburkanlah bersama para utusannya (Mursyid) menuju yang SATU yaitu keabadian yang hakiki. Rasa ini membangkitkan kesadaran untuk lebur bersamanya kedalam lautan yg sangat luas tanpa tepi ,yang membersihkan segala kotoran yang menempel, Penyatuan jiwa dgn utusannya (mursyid) menuju keindahan yg maha indah..

Seorang Mursyid ingin semua muridnya begitu.. Menuju Baldatun thoyibatun wa Robbun ghofur..Sehingga menjadi pelita yg besar dan menerangi dunia lahir dan dunia ruhani dari masrik sampai magrib ila yaumil qiyamah.

Semoga Alloh menjaga diri kita seperti Alloh menjaga para Guru-Guru kita,, dgn kuasa/ Karsa-Nya...aamiin
 
RAHMATAN LIL'AALAMIN
" Wa maa arsalnaaka illaa rahmatan lil 'aalamiin ". ( QS. Al-Anbiyaa: 107 )

Artine :
Kami tiada mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan menjadi rahmat untuk semesta alam.

Beruntunglah orang yg telah mengambil wasilah dari syech Mursyid. Karena beliau itu menyalurkan RAHMAT ALLOH melalui WASILAH ALLOH yg berada pada dirinya ( Mursyid )

Alloh berkata :
Tiada AKU turunkan engkau ya Rosul kedunia, melainkan untuk membawa rahmat-Ku keseluruh alam...tanpa perantara yg langsung dari-Ku.

Nah bersyukurlah orang yg telah menerima Rahmat yg berupa talqin dzikir. Kebanyakan dari kita yg sudah menerima rahmat dari yg Maha Agung, kok tidak bersyukur...lain jika kita menerima rahmat dari makhluk yg berupa hadiah mobil atau motor atau yg lainnya...Syukurnya ini luar biasa, gembiranya luar bisa, senangnya luar biasa, bahagiannya luar biasa.

Pantas Iblis yg dulunya adalah pemimpin malaikat tidak mau bersujud kepada ADAM...karena tidak mengetahui Rahmat ( wasilah Agung ) yg berada diqolbu ADAM.
 
 
Hakikat Talqin Dzikir

Orang yg mengambil Talqin dzikir dari seorang Mursyid, ia mendapatkan hakikat Idul Fitri ( kembali ke Pencipta ). Itulah proses pembelajaran ruhani kita baik lahir maupun bathin. Proses kembalinya manusia ke Pencipta dikiaskan dg bahasa simbol, sebagaimana awal mula kejadian manusia (yaitu seperti bayi dalam kandungan) Hal ini sesuai dg Firman Alloh swt :


" Dan sesungguhnya kamu datang kepada kami sendirian sebagaimana kami ciptakan kamu pd mulanya (awal penciptaan)...." ( QS. AL-ANAM 6: 94 )


" Kamu akan kembali menemui-Nya, sebagaimana ia menciptakan pada mulanya (bayi dalam kandungan) "( QS. Al-A'Araf 7: 29 )

Karena Itu semua adalah kewajiban bagi setiap makhluk untuk mendapatkan Idul Fitri ( hakikat talqin dzikir ), Karena itu Mursyid sedang membolak-balikan diri kita. Maka dari itu tinggalkan Anjing peliharaan kita ( sifat mazmummah/hewani ) dipintu Gua Hiro ( qolbu ) karena didalam itu ada hakikat mursyid ( sifat mahmudah ) sehingga kita akan terbebas dari hijab ( Khulu jannah bighoiri hisab )


Dengan dibersihkannya sifat-sifat Egoisme / Akuisme ( syifat mazmummah ) maka munculah sifat mahmudah yaitu hadirnya Guru ( lambang dari syifat Mahmudah ) itulah wasilah seorang Mursyid

Seorang yg mendapatkan talqin dzikir dari seorang Mursyid ia mendapatkan 4 macam hidangan minuman yg penuh dg barokah :

1. AIR

2. SUSU
3. ANGGUR
4. MADU

Dan juga bersama orang2 yg diberi nikmat oleh Alloh Swt yaitu :

1. Sholihin
2. Syuhada
3. Shiddiqin
4. Nabiyyin

Dan engkau akan diberikan pemahaman ma'rifat :

1. Af'al
2. Asma
3. Sifat
4. Zat

Segeralah raih hidangan yg dibawa oleh seorang Mursyid hakikatnya adalah dari Alloh Swt.

jika ada ỳğ belum kita fahami, berarti memang belum haq kita untuk memahaminya.
 
HAKIKAT MIM
Mim ila mim...tidak ada mim yg ada hanya alif....tidak ada alif yg ada hanya mim.

Tidak ada Muhammad yg ada hanya Alloh...Tidak ada Alloh yg ada hanya Muhammad.

Mim adalah huruf pembuka nama Muhammad Saw dan huruf penutup nama Adam As.

Mim ini mengisyaratkan pd kepemimpinan Insan Kamil sebagai kholifah Swt dimuka bumi.

Alloh berfirman :
" Aku menjadikan kholifah dimuka bumi." ( Al Baqarah: 30 )

Rosululloh bersabda:
" Barangsiapa yg melihatku, ia melihat Al-Haq." ( Shohih Bukhari 8, Kitab Ta'bir, halaman 72 )

Jika engkau mengenal kedua mim ( Murid-Murod ) tentu engkau akan melihat hakikat perwujudan cahaya alif. " Barangsiapa yg mengenal dirinya ( nafsu-nya ) ia mengenal Tuhannya."

Ketika sesuatu memiliki wujud dalam bentuk-bentuk tulisan, lafadz, rasional, wujud real maka ia menunjukan bahwa adanya tulisan berarti menunjukan adanya alat tulis. Wujud lafadz menunjukn pd adanya suara. Wujud rasional menunjukan adanya konsep. Dan konsep rasional menunjukan pd adanya wujud eksternal.


SEMUA DARI GURU MURSYID
Asy-Syajarah al-Mubarokah (pohon ỳğ penuh berkah). Apa itu?  Tidak disebelah Timur dan tidak pula disebelah barat itu adalah mengisyaratkan toleransi berilmu. Jangan memeriksa dαn menyalahkan pengajaran orang lain, ini dilambangkan seperti " Minyak Zaitun", yg minyaknya sedemikian jernih adalah menggambarkan ilmu syariat (hukum) yg harus tertib, sedangkan "dun zaitun" melambangkan kedamaian.. jadi orang yg sudah mendapatkan "Tuntunan" dr Guru Mursyid hatinya menjadi tentram lahir batin (cageur-bageur) dan meninggalkan kebiasaan buruk masa lalu dari hati yg lalai menjadi hati salim


"Laqinu mautakum" tuntunan orang yg mau mati, Siapa itu? KITA ini yg sehat yg pasti mati, bukan orang yg sedang syokratul maut., ITIQODKAN DALAM SIRR(RASA) ! Dan ingatlah sesungguhnya yg bisa  beramal itu GURU, yg bs berdzikir itu GURU, yg bs semua dαn Tαhu itu GURU. Sehingga Kita bs beramal karena GURU, bisa Ilmu-amal-ma'rifat karena GURU dαη itu semua adalah adab kepada GURU, tanpa WASILAH GURU kita seperti MAYAT  yg berjalan didunia !  Kita tidak mungkin bisa sampai (Wushul),  karena hati kita penuh dg duri beracun,sebelum duri beracun itu dicabut dari tempatnya, oleh seorang Guru Mursyid yg  telah mencapai derajat Insan kamil mukamal itu tidak akan mungkin bisa mengobati apalagi mencabut diri kita...Makanya jangan sok mengaku-ngaku kita bisa ibadah.


Dzikir adalah alat yg telah ditetapkan oleh seorang  guru yg harus di istiqomahkan oleh seorang murid, sehingga setiap amalan itu akan membalik kepada Guru itulah Wasilah, Karena Ruh kita muhdhob (menumpang) dgn Ruh Guru (Kamil mukamal) maka dari itu Kembalikan semua ke GURU, ampunan kita ke Alloh belum tentu diterima,karena kita tidak tahu Sang Pemberi Ampunan maka kembalikan ke Guru. Mulailah cinta (mahabbah) kepada Guru dan terus berusaha sehingga kita menjadi seorang Pecinta (Muhibbin) serta berharap mendapatkan Kecintaan Guru (Mahbubbah) karena itulah kita bs cinta.
Karena itu Robithoh dzohir bathin adalah kewajiban pertama seorang murid kepada Guru. Lisannya mengucap "Bibarokati Syeikh" dhomirnya ke Guru Pangersa Abah, dari awal inilah lisan ( insya Alloh berbuah) menghujam keqolbu.Hakikat  fi'linya (geraknya) adalah menjadi gerak Guru sehingga kita meperoleh sebuah Wasilah yg Agung dari Ruh Muqodhosah sampai ke Ilahi Robbi


 Semua itu adalah hasil dari gerak dαη diam (dlm kebaikan/ ibadah) dari semua amal Guru,,, itulah Hakikat LAAILAHA ILLALLOH (tiada yg lain termasuk kita) MUHAMMADUR RASULULLOH  [ Hanya Muhammad (Mursyid) ỳğ bisa ibadah ].


Sekarang pertanyaannya kita dimana ? Syuhud wal masyhud (Menyaksikan dαn dipersaksikan) Janganlah engkau menyangka bahwa kita bisa berdzikir, kita hanya menyaksikan dan dipersaksikan oleh Guru. Kalau ada ke kurangan dan salah akuilah bahwa itu adalah kita. Untuk mengetahui kekurangan dan salah jalan satu-satunya harus mujahadah dgn mahabbah ќεpada Pangersa Pangersa Agung, dengan alat dzikrulloh yg diistiqomahkan.




NIAT


Adapun niat itu tidak berhuruf, tiada berupa dan tiada bersuara. Ia merupakan kerja hati ( Ruhul Yaqazah ) dan niat itu meliputi kemesraan seluruh anggota badan jasmani dan ruhani.


Dan Niat itu sendiri mengandung empat perkara yg nantinya akan menjadi satu huruf. Dan niat itu akan pulang kepada hakikat. Dan hakikat itu pulang kepada ma'rifat.
Tiga perkara Niat yg menjadi kerja syaithon:
1. Hajis
Artinya Tergerak hati karena sesuatu faedah
2. Khatir
Artinya terlintas hati kepada tujuan yg berganda
3. Waham
Artinya was-was, lemah ilmu dan iman


Empat perkara yg menjadi niat wajib:
1. Huzur
Artinya roh tetap menunaikan janji ( Alam Roh )
2. 'Azam
Artinya Sadar dan tanggung jawab
3. Duhul
Artinya Sedia atau tiada halangan
4. Kasad
Artinya Hajat ( menunaikan amanah )


Didalam Niat itu ada empat perkara:
1. Takbir
Artinya meleburkan sifat hamba kedalam asma Alloh, Af'al Alloh, Sifat Alloh dan tenggelamkan Dzat hamba kepada Dzat Alloh. Maka tinggalah: Asma, sifat, af'al dan dzatulloh.
2. Munajat empat perkara niat menjadi satu dan niat itu pulang
3. Tabdal kepada hakikat dan hakikat pulang kepada ma'rifat. Menyerahkan diri dan menghapus sifat tercela kedalam sifat terpuji.
4. Mi'raj
Yaitu naik ketempat yg tinggi untuk mengembalikan amanah kepada yg tinggi untuk mengembalikan amanah kepada yg punya amanah.Ketika berlaku Tabdal menyerahkan jasad dan ruhani kita kepada Yg Haqulloh. Maka HANYA KERJA DIA yg ada bukan bukan kerja kita. Dan inilah yg dinamakan ALIF MUTTAKALLIMUN WAHID.


Subhanalloh, Inilah bukti cintanya Rosululloh ( Mursyid ) kepada Umatnya, yg sedikitpun tidak pernah meninggalkan umatnya.


Laa ilaaha illalloh tidak ada yg lain termasuk kita dan Muhammadur rosululloh dan yang ada hanya muhammad ( mursyid ) karena kecintaan kepada umatnya maka kita dimasukan kedalam Laa ilaaha illalloh Muhammad Rosululloh melalui Niat ( hanya kerja Dia ) yg dinamakan KHAS UL KHAS dan kalam itu menjadi ALIF MUTTAKALLIMUN WAHID.Pahami dan pahami kalau belum paham perbanyak dzikir minta petunjuk agar diberi pemahaman...semoga bermanfaat.


Bismilah...
Semoga kita semua diberi pemahaman tentang ALIF yg berjumlah 7. Yang tiada lain adalah hakikat Alloh dan Muhammad. Hakikat dari segala rahasia, hakikat dari pd lafal, hakikat dari pd Al-Qur'an, hakikat dr pd As-sirr, hakikat dari pd ruh, hakikat dari pd Cageur-Bageur.


Tetapi tidak mudah untuk mengurai tentang Bab ini, disebabkan, ilmu masih dangkal, nafsu memonopoli hati, akal masih bimbang (ragu), Ruh terikat dunia.


Laa ilaaha illallah tidak ada yg lain termasuk kita, Muhammad Rosululloh Hanya Muhammad ( Mursyid ) yg ada.


Dimana kita? Ada di Alif yg berjumlah 7 yaitu:
1. Alif Asli
2. Alif Nafsi
3. Alif Jariyah
4. Alif Tamsur
5. Alif Muttakallimun Wahid
6. Alif Muttakalimun ma'al ghoer
7. Alif Khuruful Wahid.


Hanya ini saja yg saya bisa jelaskan, untuk menjabarkannya perlu seorang yg Arif yaitu seorang Mursyid.








MENGENAL AMALIYAH GURU


Mengenal guru berarti kita harus mengenal amaliyahnya(ibadahnya) subhanallooh. Ingin dekat dgn guru maka kerjakan amaliyahnya sesuai kemampuan kita masing-masing. Mujahadatun nafsi dalam amaliyah dan Istiqomah rasa dalam robithoh
Musyahadah terhadap asma' sifat 'af'al nya guru ,maka akan bisa muroqobah dgn guru dan bersama guru menuju nur hadroh ilahiyah . Allohu Akbar, subhanalloh walhamdulillah wa laa ilaaha illallooh mu hammadurrosulullooh




ma'rifat dzat bisa dicapai melalui jalan ma'rifat asma, ma'rifat sifat, ma'rifat af'al dan Ma'rifat dzat didunia hanya bisa dicapai oleh guru. Buat kita ma'rifat dzat jatahnya kelak di akhirat.


Di dunia ini jatah kita ma'rifat asma, sifat, af'al. Itu juga dima'rifatkan oleh guru. Guru yg udah ma'rifat, kita ma'rifatnya keguru saja, nanti akan dima'rifatkan oleh guru kpd Alloh. Ingin ma'rifat kpd Alloh tapi sama guru belum ma'rifat maka akan jauh dari ma'rifat.

Kenalilah diri ini
Kenalilah guru-Mu
Maka kau akan kenal Alloh

Siapakah orangnya yang Ma'rifat tanpa thoriqoh, ??? (ini kehendak Alloh (hak prerogatipnya) terhadap hambanya)


PESAN GURU SUCIKU

Hati yg tenang diliputi pikiran yg jernih membuat doa terkosentrasi. Kata-kata yg ada dalam kalimat doa teresapi. daya dari pengucapan doa bangkit, dan doa menjadi nyata, maka datanglah rizqi yg datangnya tak disangka-sangka.

Ingat rizqi bukan semata-mata uang. Kesehatan dan keselamatan dalam hidup itu juga rizqi namanya. Jadi benarlah ungkapan dari barat, bahwa bekerja itu berdoa dan berdoa itu bekerja

Mohon hampura Pangersa Abah...Baru sekarang aku mengerti kata-kata sucimu
 
 
POHON KEBIJAKSANAAN 
 
SEORANG MURID
bertanya pada Bawa Muhaiyaddeen, “Bisakah Guru menjelaskan kondisi spiritualku, di mana aku sedang berada saat ini?”

Sang Guru menjawab, “Sebuah benih haruslah ditanam di saat yang tepat. Ketika ia mulai tumbuh, akarnya menyelusup jauh ke dalam tanah, memeluk dari semua penjuru. Segera benihnya tumbuh menjadi sebuah pohon. Seiring perjalanan waktu, pohonnya akan semakin membesar, lalu berbunga dan berbuah. Tatkala berbuah, buahnya tampak tidak lagi memiliki ikatan dengan tanah. Walaupun pohonnya terikat ke tanah, namun buahnya justru terhubung kepada manusia dan seluruh makhluk hidup.

Anakku, hidupmu pun demikian. Walaupun kau telah tumbuh begitu tinggi, sama seperti pohon: keterikatan akalmu, pemikiranmu, dan hasratmu masih pada bumi dan keduniaan. Seperti itulah kondisimu saat ini.Tapi anakku, kau memiliki sebuah penghubung dalam qalb-mu, di dalam hatimu, yang berfikir tentang Tuhan dan mencari-Nya.

Akan aku jelaskan cara mengembangkan hubungan tersebut. Ikutilah arahan ini baik-baik. Sebanyak apa pun keterikatanmu pada dunia, jika kau ingin menemukan Tuhan, jika kau ingin menapaki jalan menuju-Nya; engkau, doa-doamu dan ibadahmu harus seperti pohon. Walaupun sebuah pohon terikat ke tanah, ia memberikan buahnya untuk semua mahluk.

Walaupun kau terikat pada dunia seperti pohon, niatmu harus seperti niat sebuah pohon terhadap buahnya: doa-doamu, pengabdianmu, ibadah-ibadahmu, keunggulan-keunggulanmu maupun semua yang kau lakukan harus terhubung dengan Tuhan, dan kau harus melakukan pekerjaanmu dengan diniatkan untuk kemaslahatan semua makhluk, bukan untuk dirimu sendiri. Maka setelah itu, barulah kau akan berjalan dengan baik ketika menapaki jalan menuju-Nya.