DZIKIRULLOH
DZIKIR SEBAGAI ALAT MENYAPI NAFSU
Seorang Ibu menyapi anak, salah satunya agar ia bisa mandiri dalam berbagai hal, begitu pula dg dzikir adalah sebagai alat agar tidak bergantung dari nafsu sehingga Ruhaninya bisa mandiri tanpa ketergantungan dari nafsu kita.
Dg demikian Ruhani tidak selalu bergantung pd nafsu, sebab ia telah didik untuk bisa mandiri.
Kita ini ibarat anak kecil yg tidak mau berpisah dg Ibunya, Ia inginya selalu dekat dg Ibunya. Sebentar saja sang Ibu tidak ada didepan anak trsbut, maka ia akan menangis.
Dg berdzikir kita dibelajari, dikenalkan, dan diberi pemahaman agar Ruhani mengerti Asal-usul serta Pengasuhnya ( Mursyid )
Dg berdzikir kita yg terbiasa digandeng oleh nafsu sebagai Inang ( Pengasuhnya ) diambil alih pengasuhnya oleh seorang Mursyid.
Sehingga kita selalu dijaga, diayomi, diasuh, disuapi, dibelajari, dididik dllnya. Dan suatu saat Pengasuh ( Mursyid ) akan menyapimu...
Apakah kita tetap mengenali Pengasuh kita ? atau kita akan melupakannya...Na'udzubillah.
WA LADZIKRULLOHI AKBAR ( Dzikrulloh itu adalah pekerjaan yg Agung )
Untuk hidup didunia ini ada pendukung selain Roh, yaitu DZIKRULLOH atau disebut juga Ma'ul Hayat, Air Kehidupan, Tirta Nirmala atau Banyu Prawita Suci. Jika Dzikrulloh ini mengalir keseluruh tubuh baik manusia ataupun makhluk hidup lainnya, baik yg ghoib maupun yg lahir, ia tidak akan mudah busuk bahkan mampu membuat HIDUP LEBIH HIDUP karena adanya daya keampuhan dan kekuatan yg luar biasa dari Yang Maha Agung dari Guru Agung itulah DZIKRULLOH.
Setiap yg kita anggap masalah akan diatasi dg mulus tanpa kesulitan. Ada empat tempat dalam diri manusia yg ditempati oleh Dzikrulloh yaitu : JASAD, QOLBU, RUH DAN NUR MUHAMMAD tetapi karena ke-ego-an kita semua itu hanya sebagai barang rongsokan, Na'udzubillah....dzolim dzolim dzolim.
1. DZIKRULLOH DALAM JASAD
Dzikrulloh dalam raga ini sangat berpengaruh kepada kesehatan manusia. Ketika manusia mau mengamalkan dzikir lisan, maka pengaruhnya berupa meningkatnya kekebalan tubuh, kokohnya daya tahan semakin cepatnya daya sembuh, semakin kuatnya daya tangkap pikiran dan daya pikir.
Pengaruh itu akan semakin lebih kuat lagi apabila dzikir dikembangkan keseluruh anggota tubuh lahir dan wilayah anggota tubuh batin. Dengan melakukan Dzikir maka musnahlah sifat2 jelek dan munculah sifat2 baik.
Kenapa Dzikrulloh itu bisa merasakan hidup lebih hidup.
1. Jika Dzikrulloh mengalir ke OTAK, maka cara berpikir kita akan lebih matang.
2. Jika Dzikrulloh mengalir di MULUT, maka kita dapat berbicara dg fasih, ketika mengajak kejalan kebaikan dan merasakan nikmat serta rasa syukur atas pemberian Alloh.
3. Jika Dzikrulloh mengalir di TELINGA, maka kita dp mendengar serta memilih yg baik dan buruk.
4. Jika Dzikrulloh mengalir ke KULIT, kita dapat merasa
5. Jika Dzikrulloh mengalir ke MATA, kita dp melihat mana sebenarnya yg harus dilihat.
6. Jika Dzikrulloh mengalir di HIDUNG, kita dapat bernafas Bernapas adlh kodrat sedangkan kodrat HIDUP adalah mengamalkan DZIKRULLOH sebagai tugas kehidupan yg dari Maha Agungdari Guru Agung. Berbahagialah orang yg sudah menghidupkan raganya dengan dzikrulloh, dengan demikian Ia meneteskan DZiKRULLOH lebih deras dan memancarkannya keseluruh tubuh lahir dan batin serta selalu bertaqwa kepada Alloh Swt.
2. DZIKRULLOH PADA QOLBU
BIla hati ( qolbu ) sudah berdzikir maka hiduplah hati. Dzikrulloh ini dapat menghidupkan hati serta membuka pintu2 ilmu yg bermanfaat didunia dan akherat, juga membuka pintu Ilham yg datang dari Alloh Swt. Dzikrulloh dalam hati mengubah dari CAHAYA IMAN MANJADI CAHAYA KETAKWAAN, dari cahaya penerima ilmu menjadi penyampai ilmu.
Ada beberapa pengaruh Dziktulloh didalam qolbu:
1. Jika orang yg semula sulit menerima ilmu menjadi mudah dalam menerima ilmu
2. Jika orang sulit menyebarkan ilmu, maka menjadi mudah dalam menyampaikan atau menyebarkannya
3. Jika semula hanya menerima ilmu jadi suka memberikan ilmu walau hanya satu kalimat
4.Yang semula tertutup pd ilmu manjadi terbuka terhadapnya
5. Yang semula sulit menerima ilham menjadi mudah menerimanya dllnya.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya dzikrulloh yg dp menghidupkan pancaran cahaya qolbu. Terpancarnya cahaya qolbu ini dan tersingkapnya kotoran qolbu memudahkan kita dalam menangkap sinyal-sinyal Ketuhanan, sehingga kita dimudahkan diberi petunjuk atau hidayah sebagaimana yg tertulis dialam Alqur'an Surat At-Taghabun ayat 11 ( Tidak ada suatu musibah pun yg menimpa seseorang kecuali dg ijin Alloh; dan barangsiapa yg beriman kepd Alloh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu )
3. DZIKRULLOH DALAM RUH
Harus dilandasi dengan dzikir lisan dan qolbu, sehingga berkembanglah dan memancar sampai terdengar oleh ruh. Maka ruh akan meyaksikan sifat-sifat ilahiyyah. Ketika dzikir telah sampai ke ruh, barulah Dzikrilloh dalam ruh mempengaruhi proses penyucian ruh agar kembali fitrah seperti pd saat ia dilahirkan kedunia. Ruh kembali fitrah berdampak pd qolbu.
Setelah kesucian qolbu mempengaruhi semua organ2 , qolbu tersucikan karena-Nya, lalu merambat keluarkearah Dzikrulloh yg ada di dalam jasad. Dzikr dalam ruh dapat membuka pancaran dzikrulloh kesumua organ tubuh, baik lahir maupun batin. ini terimplisit didalam QS Al-Insan ayat 6 " (yaitu) mata air ( dalam surga )yg dari pdnya hamba2 Alloh minum, yg mereka dp mengalirkannya dg sebaik-baiknya."
Pd tahapan dzikir ruh, Ruh sering mendapatkan ilham khusus untuk perjalannya. Ruh berhablum-minalloh sehingga sebagian ruh pun ditampakkan.
4. DZIKRULLOH PADA NUR MUHAMMAD
Dzikrulloh pd Nur Muhammad ini berfungsi hanya menunggu kedatangan dzikrulloh yg ada didalam ruh. Ruh dijemput oleh hakikat Nur Muhammad setelah jiwa dan raga disucikan melalui dukungan dzikir raga dan dzikir qolbu. Setelah dijemput ruh diantar oleh Nur Muhammad untuk menghadap-Nya. Inilah fungsi dzikrulloh yg dibawa oleh Mursyid kamil mukamil.
MENURUT SYECH KALIMULLOH:
1. Ketika qolbu-nya mengumandangkan ( Allohu Allohu Alloh ) yg ditanam
oleh seorang Wali Mursyid. Pd tahap pertama ia seakan-akan tidak
mendengarkan, tetapi lama kelamaan ia akan mendengarkannya lewat telinga
hati...memang susah kalau tidak istiqomah.
Baru Sang Salik akan merasakan ada
sedikit gerakan didalam hatinya, ia akan bingung. Apakah ini gerakan
napas, jantung atau angan-angan (imajinasi). Nah disinilah pentingnya
tafakur pd setiap malam dg istiqomah, agar gerakan ini dapat didengar
dan sifat keraguan yg demikian itu bakal hilang. Hilangnya keraguan dan
timbulnya keyakinan didalam hati adalah berhentinya Ilmu yaqin ( ilmu
yg di dapat dari usia baligh/secara formalitas ) menginjak ke Ainul
Yaqin.
Sehingga keyakinan ini akan timbul, ia akan merasa yakin dan pasti,
bahwa hati itulah yg berdebar dan mengumamkan ALLOH....menjadi aktif dan
inilah anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung dari Kalimat
Agung.
2. Manakala Sang Dzakir telah mencapai tahap ini, ia mestilah memelihara
dan mendengarkan gerakan ini, baik ketika sedang bersama orang lain
ataupun sendiri...( latih dan latih kebiasaan ini pasti bisa menjadi
suatu kebiasaan, karena hukum kebiasaan adalah hasil dari kebiasaan itu
sendiri ).Ia harus banyak diam, berusaha memeliharanya serta
menjaganya agar terus bergerak, Sebab mula-mula gerakan ini sangat lemah
dan hambatan kecil saja bisa menghentikannya.
Ini Anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung , ia tidak boleh
meremehkannya ( Ntar kena Adzab ), serta berusaha siang malam menjaga
dan mengembangkannya. Sekarang bukalah mata zahirmu dan nikmati keadaan
mistis ini, sampai akhirnya ia mengembangkan kemampuan itu.
Bahkan
ketika membuka mata zahirnya, ia bisa memperhatikan hatinya yg
bergumam. Menurut Syech Kalimulloh keadaan inilah yg disebut " Khilwat
dar Anjuman " ( kemampuan menikmati kesendirian meskipun sedang bersama
orang banyak ) Subhanalloh...dzolim saya ini.
3. Ketika Sang Dzakir mencapai tahap bahwa sang dzakir mulai mendengar
Nama ALLOH... ( Ismu Dzat/Asma Alloh ) yg penuh berkah dari lidah
hatinya, dan mengetahui bahwa gerakan ini muncul dari dalam hati, maka
gerakan ini bisa disebarkan keseluruh tubuh atau seluruh anggota badan
lainnya ( warning harus seizin Guru Mursyid/Wakil Talqin ).
Demikianlah gerakan ini timbul pertama kali dalam sebuah anggota tubuh
sang Hamba : kadang2 ditangan, dikepala, dan kadang-kadang dikaki,
sekalipun sang hamba sama sekali tidak sengaja menggerakan bagian
anggota tubuh itu serta hanya berkosentrasi hanya pd hati saja. Ketika
cahaya dzikir mulai menyebar, maka cahaya ini pun menyelimuti seluruh
tubuh dalam waktu sangat singkat, dan tubuh sang hamba dari ujung
kepala hingga ujung kaki...dipenuhi dzikir.
Pd tahap ini berbagai keadaan mistis pun dialami, terkadang ia merasa
bahagia, terkadang kesal dan bingung. Hanya saja sang hamba mestilah
berusaha untuk tidak memperhatikan keadaan2 ini. Ia mestinya terus
menerus berdzikirIa mesti terus-menerus melakukan dzikir, yg merupakan
tugas pentingnya. Dengan Karomah dan berkah Sang Mursyid yg Kamil
Mukamil, dzikir Nama ALLOH pun memancar dari seluruh tubuhnya dan
segenap anggota tubuhnya berjalan selaras dg hati.
Dalam keadaan
seperti ini dominasi dzikir bisa lebih besar pd satu bagian anggota
tubuh dan lebih kecil pd anggota tubuh lainnya. Jika hal ini tersebar
merata dalam seluruh tubuh, Maka sang dzakir merasa sangat gembira dan
bahagia. Dalam terminologi kaum Sufi keadaan yg demikian disebut
SULTHAN ADZ-DZIKIR.
4. Pd tahap ini, Syech Kalimulloh mengingatkan kita perihal prinsip
para sufi besar bahwa tujuan dzikir adalah kefanaan diri dalam dzat Maha
Benar yg diingat, dan bukan kefanaan atas nama Dzat Maha Besar yg
diingat, Karena itu Sang hamba hendaknya tidak memusatkan perhatiannya
pd sekedar mengucapkan kata ALLOH saja, entah kata ini diucapkan oleh
lidah atau oleh hati.
Meskipun yg mengamalkan yg demikian ini sangat bermanfaat dan seseorang
memperoleh pahala, tak urungtanpa merasakan kehadiran Dzat Maha Benar
yg diingat, dzikir ini tidak akan membimbing dan mengantarkan pd
kehadiran Dzat Yang Maha Benar yg tengah dicari.
Karena tujuaan dzikir
itu adalah " Fana Fi Alloh " atau kefanaan diri dalam kehariban Dzat
Yang Maha Benar dan bukan yg menempel pada Namanya...Disinilah tahap
itu yg sangat sulit dan membingungkan, oleh karena itu Sang Dzakir
harus selalu dibawah bimbingan seorang Mursyid/Wakil Talqin...Untuk
membedakan antara Yang Maha Benar, Yang Maha Agung, Yang Maha Esa (
Tunggal ) dan lain-lainya...karena itu masih menempel pd sebuah
nama...Pahamkanlah. Untuk masuk pd hakikat yg dikandung Sebuah nama
itu, perlu dibongkar oleh orang yg kamil mukamil.
5. Ketika Sang hamba sampai pd tahap Sulthan Adz-Dzikir. kadang2
terjadi bahwa ia merasakan ada gerakan dalam nadi dan hatinya, yg
sifatnya berbeda dari gerakan pertama.
Misal gerakan yg dihasilkan oleh
dzikir tidaklah bersifat terus menerus, sementara gerakan baru ini
bersifat terus-menerus. Dalam ungkapan lain,Gerakan pertama menyerupai
hu hu hu hu atau Alohu Alloh...yg disitu ada jedanya. Sementara gerakan
yg kedua menyerupai " HU " yg dipanjangkan. ( lagi-lagi ini perlu
dikonsultasikan dg Sang Mursyidnya ). Dg kata lain gerakan pertama
tidak teratur, sementara gerakan kedua bersifat terus menerus.
Gerakan kedua lebih halus ketimbang gerakan pertama dan bisa dirasakan
sesudah banyak melakukan amalan. Disinilah penyakit keragu-raguan itu
timbul, Apakah yg diingat adalah sebuah nama saja ataukah Nama itu
adalah Yang Maha Benar. Disinilah posisi " La bi syarth asy-syay (tanpa
syarat apapun). Hanya saja apapun yg dirasakan oleh Sang hamba melalui
gerakan yg kedua adalah sepenuhnya termasuk dalam dunia jasmani, dan
berkenan dg tahap " bi syarth al-la syay ".
Lantas bagaimana ini bisa
diidentifikasikan dg Dzat Yang Maha Benar yg diingat atau yg
dicari...yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa? Disinilah wilayah yg tidak bisa
ditulis...hanya limpahan dari Mursyidlah yg dapat membongkarnya.
6. Gerakan yg terus menerus ini dirasakan oleh sang hamba, sebagian
orang merasakan menyebar keseluruh tubuh, dan sebagian lagi
merasakannya pd anggota tertentu. Perasaan ini mengarahkan perhatiannya
kepada Dzat Yg Maha Benar yg dicari.
Kalau belum bisa, maka kosentrasi diarahkan pd hati jasmani tanpa menyebut2 nama Alloh. Sekiranya setelah itu perhatian tidak juga terarah pd Dzat Maha Benar yg dicari, maka perhatian mestilah dicamkan kepadanya dg mengambil nama Alloh.
Akan tetapi, mesti perhatian kepada Nama saja tanpa memikitkan Dzat
Maha Benar yg dinamai ( ALLOH ) sangat berbahaya lantaran mampu
menaklukan tujuan hakiki. Cukup sampai disini...karena pengetahuan
diatas sudah sangat membingungkan bagi para pemula. Sekali lagi,
dekatilah orang yg bisa bergaul bersama Alloh, karena ia akan
menghantarkan kita pd tujuan yg Hakiki.
HARAPAN PADA HARI AKHIR
Adalah harapan agar manusia memasuki dunia tanpa waktu, karena
kemarin, hari ini dan esok sirna dalam HATI, dan yg ada hanya waktu
bersama Alloh, itulah Iman kepada hari akhir. Sudahkah kita seperti
itu? perbarui perbarui perbarui...
Walau ia berada ditengah makhluk, ditengah perubahan ruang dan waktu,
tetapi jiwanya tanpa ruang dan waktu. Tak tergoyahkan tak terpalingkan
dari apapun walau zaman menggulungnya. Karena Ia bersama Alloh disana.
Berdzikir kepada Alloh sebanyak-banyaknya adalah sebuah ekspresi dari Liqo'Alloh ( bertemu Alloh )
Setelah harapannya tercapai dan ia mewujudkan dalam setiap waktu bersama-Nya, dimana dan kapan saja.
Segalanya adalah dzikir, namun segalanya adalah Al-Madzkur ( yg
didzikiri, Alloh Ta'ala ) Kemanapun ia menghadap disanalah wajah Alloh.
DZIKIR DALAM TAREKAT
Tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian
bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya
menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan
kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga
formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti:
jalan atau petunjuk jalan atau cara,
Metode, system (al-uslub),
mazhab, aliran, haluan (al-mazhab),
keadaan (al-halah)
tiang tempat berteduh,tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali binMuhammad bin ‘Ali (740-816 M),tarekat ialah
metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju
Allah Ta ’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
DZIKRULLAH (Menggapai Ketenteraman Hati)
Di dalam ajaran Islam, dzikrullah berarti menjaga hati untuk selalu menyebut dan mengingat Allah Swt.
Menurut kalangan sufi, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali dan Ibn Athaillah,
Dzikir kepada Allah Swt memiliki tiga bagian.
Pertama, dzikir lisan-disebut dzikr jali (jelas);
yaitu mengingat Allah Swt dengan ucapan lisan, yang berupa ucapan
pujian, syukur, dan doa kepada-Nya. Misalnya, seseorang mengucapkan
tahlil (la ilaha illaallah), tasbih (subhanallah), dan takbir (allahu
akbar).
Rasulullah memberi contoh dzikir, seperti disebutkan di dalam hadits,
“Kalau aku membaca subhanallah wa al-hamdu lillahi wa la ilaha illallah
wallahu akbar, maka bacaan itu lebih aku gemari daripada mendapatkan
kekayaan sebanyak apa yang berada di bawah sinar matahari.” (HR Muslim).
Kedua, dzikir hati-disebut dzikr khafi (sembunyi);
yaitu mengingat Allah Swt dengan khusyuk karena ingatan hati, baik
disertai dzikir lisan ataupun tidak. Seseorang yang melakukan dzikir
semacam ini, hatinya senantiasa memiliki hubungan dengan-Nya; merasa
kehadiran Allah Swt di dalam dirinya. Ketika berdzikir, kita
sesungguhnya dekat dengan Allah Swt.
Ketiga, dzikir jiwa-raga, dzikr haqiqi;
yaitu mengingat Allah Swt yang dilakukan seluruh jiwa dan raga, baik
lahiriah maupun batiniah, di mana dan kapan saja. Jiwa dan raga kita
hanya mengerjakan perintah-perintah Allah Swt dan menghindarkan diri
dari berbagai larangan-Nya. Inilah tingkatan paling tinggi dalam
mengingat Allah Swt, seperti diakui kalangan sufi.
Faedah-Faedah Dzikir :
Bila seseorang benar-benar melaksanakan dzikir sesuai dengan yang
dikehendaki Allah Swt dan Rasul-Nya, maka setidaknya ada 20 faedah yang
diperoleh oleh orang tersebut, yaitu :
1. Baik sangka kepada Allah Swt.
2. Mendapat rahmat dan inayah dari Allah Swt.
3. Memperoleh sebutan dari Allah Swt dihadapan hamba-hamba pilihan.
4. Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah Swt.
5. Melepaskan diri dari azab Allah Swt.
6. Memelihara diri dari godaan setan dan membentengi diri dari maksiat.
7. Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
8. Mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah Swt.
9. Memberikan sinar kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa.
10.Menghasilkan tegaknya suatu rangka dari Iman dan Islam.
11. Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan di hari kiamat.
12. Melepaskan diri dari perasaan menyesal.
13. Memperoleh penjagaan dan pengawalan dari para malaikat.
14. Menyebabkan Allah Swt bertanya kepada para malaikat yang menjadi utusan Allah Swt tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.
15. Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang berdzikir, walaupun orang orang tersebut tidak berbahagia.
16. Menyebabkan dipandang “ahlul ihsan”, dipandang orang-orang yang berbahagia dan pengumpul kebajikan.
17. Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah Swt.
18. Menyebabkan terlepas dari pintu fasiq dan durhaka. Karena orang yang tiada mau menyebut Allah Swt (berdzikir) dihukum orang yang fasiq.
19. Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh disisi Allah Swt.
20. Menyebabkan para Nabi dan orang Mujahidin (syuhada) menyukai dan mengasihi.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dengan dzikir kepada Allah Swt, akan tergapai ketenteraman hati, sebagaimana firman-Nya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [013]:28).
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan dzikir kita kepada Allah Swt,
kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun, agar hati kita selalu tenteram
lantaran selalu ingat kepada Allah Rabbul Izzati, amin.
“Hai’atil Maknun”.
BILA AKU CERITAKAN NISCAYA HALAL DARAHKU
Sangat sulit menjelaskan hakikat dan makrifat kepada orang-orang
yang mempelajari agama hanya pada tataran Syariat saja, menghafal
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan tetapi tidak memiliki ruh dari pada
Al-Qur’an itu sendiri. Padahal hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur
Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah
Rasulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari Allah SWT.
Hapalan tetap lah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya
rendah tidak adakan mampu menjangkau hakikat Allah, otak itu baharu sedangkan Allah itu adalah Qadim sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada Qadim.
Kalau anda cuma belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai
kehadirat Allah dengan dalil yang anda miliki maka saya memberikan
garansi kepada anda: PASTI anda tidak akan sampai kehadirat-Nya.
Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran
dengan ucapan orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan
Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan
anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan
lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli
makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal
kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para
Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh hawa nafsu,
dalam Al-Qur’an disebuat Qatamallahu ‘ala Qukubihum (Tertutup mata hati mereka) itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan.
Rasulullah SAW menggambarkan Ilmu hakikat dan makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun” artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang dibawakan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti
perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seoranpun
mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salamy)
Di dalam hadist ini jelas ditegaskan menurut kata Nabi bahwa ada
sebagian ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama
Allah yakni Ulama yang selalu Zikir kepada Allah dengan segala
konsekwensinya. Ilmu tersebut sangat indah laksana perhiasan dan
tersimpan rapi yakni ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat
amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain.
Masih ingat kita cerita nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir
perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk
menjaga harta berupa emas yang tersimpan dalam rumah, kalau rumah
tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya akan dicuri oleh perampok, harta
tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan makrifat yang sangat tinggi
nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu syariat yang harus tetap
dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak berhak.
Semakin tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut :
“Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah
ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia
yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak
diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang
seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)
Hadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan
demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang
dengan Ilmu Thariqat? Karena ilmu itu memang amat rahasia, sahabat nabi
saja tidak diizinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu
harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari nabi izin itu
diteruskan kepada Khalifah nya terus kepada para Aulia Allah sampai
saat sekarang ini.
Jika ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang
belum berbait zikir atau “disucikan” sebagaimana telah firmankan dalam
Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang cuma Ahli Syariat
semata-mata, maka sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu
jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah
dlolalah. Tentang pembelaan dari Ahli Thariqat dapat anda baca disini
Dan mereka ini mempunyai I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut
jelas diingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu
yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang
pertama artinya ilmu Thariqat itu intisari dari Ilmu Syari’at.
Oleh karena itu jika anda ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan
Ma’rifat secara mendalam maka sebaiknya anda berbai’at saja terlebih
dahulu dengan Guru Mursyid (Khalifah) yang ahli dan diberi izin dengan
taslim dan tafwidh dan ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan
buku-buku lalu mengingkari bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek
terhadap ahli thariqat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar